Selasa, 29 Mei 2012

afrika TUGAS SEJARAH AFRIKA KLIPING KEBUDAYAAN DAN POLITIK DI KAWASAN AFRIKA (Disusun guna untuk memenuhi tugas Sejarah Afrika) (Dosen Pengempu mata kuliah Drs.Sugianto.M.Hum) Di susun oleh: 1.FANDU DYANGGA PREDETA 100210302003 2.EKA AULIA PITRI YANA 100210302005 3.NUZUL IRSAD PURNOMO 100210302019 4.AGENG PERISTIWA SAKTI 100210302046 5.ERLINDA RIZKY APRILIA 100210302054 PENDIDIKAN SEJARAH ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2012 DAFTAR ISI COVER............................................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................ii SUARA MERDEKA(perekat komunitas jawa tengah).................................................. KOMPAS.COM(wisata budaya di asia-afrika)............................................................... KOMPAS.COM(MUSIK PENGGUGAH KEBUDAYAAN AFRIKA)............................ KOMPAS.COM(peninggalan portugis di batavia).......................................................... KOMPAS.COM[mayapada prana]Piramida Mesir : Mahakarya Manusia Raksasa.... KOMPAS.COM(proses pembuatan piramida mesir)..................................................... SUARA MERDEKA(budaya mesiryang adi luhung).................................................... KOMPAS.COM(siapa yang membuat piramida)........................................................... 1.Wisata Budaya di Asia Africa Art & Culture Festival Peristiwa bersejarah Konferensi Asia Afrika (1955) direvivitalisasi melalui sudut pandang hubungan seni budaya antarbangsa Asia Afrika. Gedung Merdeka yang terletak di kota Bandung, menjadi saksi bisu di mana para pemimpin bangsa-bangsa se-Asia Afrika (1955) menyampaikan aspirasinya untuk bersatu meraih kemerdekaan bangsanya dari kolonialisasi bangsa Eropa, serta berupaya membangun stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara di kawasan Asia dan Afrika yang bebas dan merdeka. Bandung pun menjadi ibukota Asia Afrika pada tahun 1955 yang kini diakui oleh bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Dalam upaya membuka ingatan kolektif dunia, khususnya bangsa Asia dan Afrika, pemerintah Indonesia dan anggota Konferensi Asia Africa, menggelar acara peringatan tiap tahunnya di Gedung Merdeka, Bandung.Pada tahun ini ingatan kolektif masyarakat Asia Afrika menggelar perhelatan Asia Africa Art & Culture di Gedung Merdeka, Bandung, pada tanggal 22-24 April 2008. Pada Opening Ceremony dimulai dengan pergelaran seni budaya Indonesia oleh para penari dan koreografer dari Jawa Barat. Tidak hanya itu, para delegasi yang akan mementaskan keseniannya juga ikut melakukan historical walk dari Hotel Savoy Homann hingga Gedung Merdeka. Kemudian diikuti oleh ribuan siswa-siswi kelas satu dan dua dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, serta parade kesenian tradisi Jawa Barat yang organisasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Barat.Perhelatan itu menguatkan penanda persaudaraan bangsa-bangsa Asia Afrika pada tahun ini melalui pertemuan seni budaya antar bangsa. “Bandung memiliki daya tarik objek wisata dunia. Dan kegiatan ini majadi salah satu upaya untuk mengimplemetasikan kesepakatan Konferensi Asia Afrika (KAA) dengan melakukan kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya antar bangsa-bangsa Asai Afrika,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, H.I. Budhiyana, di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (23/4) pagi. Kontingen negara Asia Afrika yang turut serta dalam perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival antara lain dihadiri oleh senimana dari Mesir dan India, sementara perwakilan dari Korea Selatan, Jepang, China dan Indonesia dihadiri oleh seniman muda dan mahasiswa/i Indonesia yang secara khusus mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa tersebut. Perhelatan yang digelar pada Rabu (23/4) pagi dihadiri oleh ribuan masyarakat kota Bandung dan beberapa tamu negara dari Asia Afrika yang turut menyaksikan parade kesenian Jawa Barat. Sementara seni budaya Indonesia yang dikemas dalam tarian massal disajikan oleh puluhan penari dari Jawa Barat dengan menampilkan koreografi yang mengolaborasikan tarian khas Indonesia yang ada dari Sabang sampai Merauke. Tarian itu juga dikemas dengan busana tradisi elaboratif yang merupakan kolase warna-warni seni budaya Indonesia.Andri Hadi, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, menegaskan bahwa acara yang diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat beserta Pemda provinsi Jabar ini menguatkan hubungan erat bangsa-bangsa Asia Afrika yang terlibat dalam KAA pada tahun 1955 hingga sekarang. “Forum KAA mempererat hubungan negara Asia Afrika. Solidaritas politik dan kerjasama sosial budaya pada dasarnya adalah hubungan erat antarmasyarakat Asia Afrika. People to people contact. Bandung is capital of Asia Africa,” papar Andri Hadi di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (23/4) pagi.Sementara Gubernur Jabar, Danny Setiawan mengatakan bahwa perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival adalah komitmen bangsa Indonesia terhadap KAA 1955. perhelatan itu sendiri merupakan upaya Pemda Jabar dalam merevitalisasi peristiwa bersejarah pada tahun 1955.Persiapan perhelatan seni budaya itu memang nampak kurang maksimal dengan berbagai kendala teknis dan kurang signifikannya pengamanan dari aparat kepolisian. Perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival dinilai kurang publisitas, karena tidak semua masyarakat kota Bandung mengetahui perhelatan tersebut. Hal ini terlihat dari kurang antusiasnya masyarakat kota Bandung terhadap peristiwa budaya Asia Afrika tersebut. Masyarakat yang datang ke Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, hanya datang karena rasa ingin tahu karena kemacetan di jalan-jalan protokol Rabu (23/4) pagi itu. Antusias para pelajar dalam pawai pelajar di hadapan para delegasi Asia Afrika terlihat biasa saja.Mereka datang atas intruksi kepala sekolah untuk hadir dalam perhelatan budaya Asia Afrika tersebut, juga karena panitia pelaksana kegiatan itu terobsesi untuk mendapatkan award dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan harapan jumlah pelajar yang terlibat dalam parade mencapai lebih dari 5000 siswa. Tapi, hal itu gagal dilakukan karena jumlah yang dimaksud tidak tercapai. Pada Closing Ceremony Asia Africa Art & Culture Festival yang digelar di tempat dilaksanakannya Konferensi Asia Africa (1955) lebih kurang bagus dalam sajian kemasan acaranya. Lagi-lagi panitia pelaksana berapologi bahwa kegiatan semacam ini hanyalah embrio dari kegiatan tahunan. Peringatan KAA akan dikemas dengan perhelatan seni budaya, melalui gelaran pertunjukan kesenian dan budaya tradisi dari masing-masing bangsa Asia dan Afrika.Perwakilan seni budaya tradisi dari negeri Myanmar hanya ditampilkan sebuah rekaman dokumentasi tarian tradisi. Itu pun tidak dilengkapi nama atau jenis tariannya. Pasalnya, Staf Departemen Luar Negeri yang menangani kegiatan ini hanya menerima kepingan Compact Disc dari Konsulat/Kedutaan Myanmar.Kesenian dari negeri Jepang, Korea Selatan, China ditampilan oleh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang mempelajari kesenian tradisi bangsa-bangsa tersebut. Sehingga penonton dan undangan yang menyaksikan kesenian tersebut terheran-heran karena orang yang membawakan pertunjukan dan bangsa-bangsa itu orang Indonesia sendiri.Dari tujuh negara yang terlibat dalam pergelaran di acara Closing Ceremony Asia Africa Art & Culture Festival pada Kamis (24/4) malam, hanya Mesir dan India yang menyajikan seni tradisinya dengan serius, artinya bukan orang Indonesia yang menjadi seniman Jepang, Korea Selatan atau China. Mesir menyajikan seni tradisi yang sudah menjadi hiburan masyarakat Mesir saat ini, yaitu nyanyian yang diiring alat perkusi serta tarian Rumi. Kesenian tersebut disajikan oleh kelompok seniman yang bernama El nil Muick Tro'ip.Kelompok seniman itu terdiri dari 8 orang musisi dan penyayi serta satu penari Rumi. Mereka adalah Adel Sman, Rowd Shisna, Goda Hikal, Salama, Mohammed Elgamel, Robap Sadk, Mohme Ixlose, dan Anter Engwi. Kelompok ini sering tampil di acara resmi kenegaraan Mesir dan seniman keliling yang biasa dibayar untuk menghibur dalam suatu pesta pernikahan. Penampilan El nil Muick Tro'ip di Gedung Merdeka, Kamis (24/4) malam, menjadi sorotan para tamu dan undangan. Selain karena musik, nyanyian dan tarian Rumi yang atraktif disajikan dengan apik, busana mereka yang khas budaya Timur Tengah mengingatkan penonton pada suasana bulan suci Ramadhan dan film Ayat-Ayat Cinta. Suasana pentas pun berganti dengan nuansa kultur India setelah penayangan profil wisata negeri Filipina. Tapi bukan film India dalam bentuk pertunjukan pentas, karena tidak ada tarian dan nyanyian di sana. Ketika genjring berbunyi saat sang penari terbaik dari India, Pooja Bhatnagat, memasuki area pentas dengan pose tarian khas bertemakan Buddha yang berjudul Khatak karya penari sekaligus koreografernya, yaitu Pooja Bhatnagat.Usai Pooja Bhatnagat menari solo ia kemudian menari lagi dalam tarian Bharathnalyan karya Janakhi Shrikanth dengan ditemani para penari lain, antara lain Rupa Manoj, Shilpi Triphathi, Srishti Tripahthi, Paringdi Pardeshi, Aloy Roy, dan Tera Roy. Mereka adalah para penari yang dibina oleh Mr. Singh, Direktur Jawaharlal Nehru Indian Culture Center, Pusat Kebudayaan yang berada di bawah kewenangan Kedutaan Besar India di Jakarta.Mr. Singh dalam pengantar pertunjukannya mengatakan bahwa kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk menguatkan hubungan kultur melalui pertukaran apresiasi seni budaya antara Indonesia dan India.“Indonesia dan India bisa berbagi kekayaan seni budaya masing-masing negara sebagaimana spirit Konferensi Asia Afrika yang dirintis oleh Mr. Jawaharlal Nehru,” kata Mr. Singh di Gedung Merdeka, Bandung, Kamis (24/4) malam.Closing Ceremony Asia Africa Art & Culture Festival pada Kamis (24/4) malam itu ditutup dengan pertunjukan kolaboratif yang dipentaskan oleh seniman Jawa Barat bersama mahasiswa dan mahasiswi yang mewakili bangsa-bangsa anggota Asia Afrika.Meski perhelatan seni budaya se-Asia Afrika itu berjalan lancar. Namun panitia penyelanggara yang berasal dari SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) Jawa Barat dan Departemen Luar Negeri RI, menyesalkan persiapan event yang tidak terkoordinasi dengan baik jauh-jauh hari. “Event ini memang kurang dipersiapkan dengan matang. Saya saja terlibat pada dekat waktu pelaksanaan. Kepastian anggaran kegiatan ini juga menjadi salah satu faktor kesuksesan. Tapi hal ini wajar karena baru kali ini peringatan KAA dilaksanakan dengan format seperti ini,” jelas Boy Worang, salah satu panitia Asia Africa Art & Culture Festival 2008, di Gedung Merdeka, Bandung, Kamis (24/4) malam kepada awak KOKTAIL Bandung.Banyak hal yang semestinya tidak terjadi dalam perhelatan besar itu mengganjal kesuksesan perhelatan tersebut. Hingga terkesan bahwa perhelatan besar sekelas Asia Afrika tidak jauh berbeda dengan pesta perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia di lingkungan Rukun Warga atau Kecamatan di Jawa Barat.Buku acara Asia Africa Art & Culture Festival yang lengkap dan komprehensif pun tidak ada. Keterangan lengkap mengenai seni budaya yang ditampilkan mewakili bangsa-bangsa yang terlibat dalam perhelatan nyaris tidak tersedia, sehingga wartawan yang meliput harus mondar-mandir meminta keterangan penampil dari peserta festival karena keterangan itu memang tidak disiapkan sebelumnya. Perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival yang dinilai bertaraf internasional, meski pada nyatanya penggarapannya masih lokal itu, menghabiskan anggaran APBD Jawa Barat sebesar 1,1 miliar rupiah. Sebuah pesta budaya yang cukup besar menghabiskan anggaran Pemda provinsi Jabar di akhir masa kekuasaan Danny Setiawan dan Nu’man Abdul Hakim.Akan tetapi hingga bulan Mei 2008 Disbudpar Prov Jabar belum membayarkan hutang dana kepada panitia kegiatan tersebut di atas karena mereka menolak potongan pajak 15% di luar perjanjian awal kesepakatan pelaksanaan kegiatan tersebut. (Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung). Posted by Hoofdredacteur at 03:032. Selasa, 19 April 2005 WACANA Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika Oleh: Chusnan Maghribi SETENGAH abad lampau, tatkala kemajuan teknologi informasi belum sehebat dan sepesat sekarang, para founding fathers Republik ini sudah mampu merangkul 29 negara di Benua Asia dan Afrika untuk menyatu dalam sebuah perhelatan akbar berskala internasional bernama Konferensi Asia-Afrika (KAA). Perhelatan itu digelar di Gedung Merdeka, Bandung, 18-24 April 1955. KAA 1955 melahirkan Ten Principles of Bandung (Dasa Sila Bandung). Isinya antara lain menghormati persamaan hak dan derajat antarbangsa, nonintervensi, penyelesaian sengketa secara damai, menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban internasional, serta meningkatkan kepentingan dan kerja sama. Komunike bersama tentang Dasa Sila Bandung, embrio Non-Alignment Movement (Gerakan Non-Blok) tahun 1961, merupakan sikap politik negara-negara dua benua ketika merespons situasi dunia yang diliputi penjajahan, penindasan dan peperangan. Kesepakatan-kesepakatan dalam komunike tersebut menempatkan negara-negara Asia-Afrika dalam spektrum demokrasi yang menjunjung tinggi kemerdekaan, perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan secara universal. Hasilnya, satu demi satu negara Asia-Afrika memperjuangkan dan memperoleh kemerdekaannya. Nilai-nilai kemanusiaan universal tadi masih sangat relevan dalam konteks kekinian yang mencerminkan antipenindasan, semangat perdamaian, saling menghormati dan pengakuan atas kemerdekaan dan kedaulatan bangsa/negara. Di tengah situasi dunia yang tidak adil dengan dominasi negara-negara maju dewasa ini menjadikan nilai-nilai yang tertuang dalam Dasa Sila Bandung pantas ditegakkan/dihidupkan kembali. Dan, seiring perubahan zaman, kesepuluh prinsip itu harus "diremajakan" melalui kerja sama sosial, ekonomi, budaya, politik dan keamanan antarnegara Asia-Afrika. Dalam rangka itulah, Indonesia dan Afrika Selatan memrakarsai penyelenggaraan KAA di Jakarta dan Bandung, kali ini. Dalam KAA lima hari itu, negara-negara peserta akan saling bertukar pengalaman dalam menangani berbagai isu sosial ekonomi, budaya, politik dan keamanan. Di samping itu, KAA 2005 membahas peluang-peluang dan kemungkinan kerja sama dalam penanganan bencana. Terjadinya gempa bumi dan tsunami yang dahsyat di Aceh dan negara-negara Asia-Afrika di pantai Samudera Hindia, mendorong perlunya dilakukan kerja sama dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana serupa di masa depan. Sudah Lama Sebenarnya, secara politis, kerja sama Asia-Afrika sudah berlangsung sejak lama, ditandai perjuangan bersama melawan kolonialisme-imperialisme, hal itu termanifestasikan dalam KAA 1955. Namun, interaksi dua kawasan tersebut sejauh ini masih sangat minimal dan terbatas. Karena itu, upaya-upaya untuk terus meningkatkan derajat dan intensitas interaksi antardua kawasan itu merupakan hal sangat penting untuk diperhatikan bersama. Nilai-nilai yang terkandung dalam Dasa Sila Bandung, seperti perdamaian, kerja sama dan persahabatan, serta penghormatan terhadap integritas teritorial dan pengakuan terhadap kesamaan ras, tetap mengandung makna sangat penting dan kontekstual dalam interaksi regional dan global dewasa ini. Kerja sama yang sudah terjalin antara Asia dan Afrika dalam memerangi kolonialisme beberapa dekade lalu masih tetap diperlukan dan bahkan ditingkatkan guna memerangi "musuh" masa kini, berupa kemiskinan, beragam penyakit, konflik komunal ataupun perang bersenjata dengan segala penyebabnya, kolonialisme di bidang sosial ekonomi, budaya dan politik. Mengenai kemiskinan, Benua Asia dan Afrika tak asing lagi dikenal sebagai kawasan paling banyak jumlah penduduk miskinnya. Asia-Afrika dengan 107 negara (lebih dari separo anggota PBB) kini populasinya mencapai 4,6 miliar jiwa atau 73 persen dari total penduduk dunia. Dari jumlah itu, satu miliar di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Produk domestik bruto (PDB) Asia-Afrika mencapai 9,3 triliun dolar AS, kurang lebih sepertiga dari total PDB dunia. PDB Asia-Afrika sama dengan PDB Amerika Serikat yang hanya berpenduduk 270 juta jiwa. Menurut Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Deplu RI, Prof Dr Herijanto Soeprapto, jika Asia-Afrika mampu mengatasi problem kemiskinan penduduknya, berarti hampir separuh persoalan dunia telah terselesaikan/teratasi. Jadi, memang merupakan kebutuhan sangat penting dan mendesak bagi Asia-Afrika untuk menegakkan atau menghidupkan, bahkan meremajakan kembali Semangat Bandung 1955, sesuai kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik dan keamanan yang dihadapi kedua kawasan dewasa ini. Dan, peremajaan kembali Spirit Bandung itu agaknya akan terlihat dalam Deklarasi tentang Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (The New Asian-African Strategic Partnership / NAASP) yang akan diluncurkan di hari terakhir KAA 2005. Konkret dan Komplementer Pada intinya, NAASP berisi uraian mengenai prinsip-prinsip dasar kemitraan strategis baru Asia-Afrika, tujuan dan sasarannya, substansi kerja sama yang mencakup aspek sosial ekonomi, kultural, politik, keamanan dan mekanisme kerja sama selanjutnya. NAASP akan difokuskan pada bentuk kerja sama konkret dan komplementer demi tercapainya perdamaian, kemakmuran dan stabilitas di kedua benua. Adapun program kerja sama konkret dalam NAASP meliputi antara lain upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan kapasitasnya, memperkuat sistem perdagangan multilateral, meningkatkan kerja sama perdagangan, industri, investasi dan keuangan. Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika itu terdiri dari tiga pilar, yaitu antarpemerintah, antarorganisasi subregional, dan antarkelompok masyarakat (bisnis, akademisi dan masyarakat madani atau civil society). Untuk itu, perlu diupayakan penguatan kerja sama antarorganisasi subregional, serupa ASEAN ataupun OAU (Organisasi Afrika Utara) dan regional, semisal Uni Afrika dalam rangka implementasi proyek-proyek kerja sama konkret dan komplementer. Kemudian, untuk "mengawal" pelaksanaan program-program NAASP, pada pertemuan AASROC (Asian-African Sub Regional Organizations Conference) I di Bandung bulan Juli 2003 telah ditetapkan mekanisme pertemuan antara kedua benua secara teratur. Yaitu Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KTT AA) setiap empat tahun sekali, pertemuan tingkat menteri tiap dua tahun sekali, dan pertemuan tingkat menteri sektoral yang bisa dilaksanakan sesuai kebutuhan. Dengan begitu, event KAA 2005 diharapkan akan benar-benar lebih banyak sisi upaya nyata mewujudkan kerja sama konkret dan komplementer di banyak bidang dari pada sisi romantika sejarahnya. (29)-Chusnan Maghribi, peneliti masalah-masalah global di Center of International Studies, Yogyakarta. Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu & DIY | Banyumas Budaya | Wacana Cybernews | Berita Kemarin Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA 100 Tahun Kebangkitan Nasional Musik Pun Menggugah Kebangsaan... | Senin, 15 September 2008 | 01:31 WIB Oleh Ninok Leksono "Di samping segala-galanya (urusan lain-lain—pen), perjuangan untuk Kemerdekaanlah yang harus menjadi pokok pekerjaan semua orang Indonesia di zaman-zaman kesukaran seperti sekarang ini." (Ismail Marzuki, dalam ”Minggu Merdeka”, 1/6/1958) Ucapan itu sendiri keluar dari Bang Mail—panggilan akrab Ismail Marzuki—semasa pemerintahan bala tentara Dai Nippon berada dalam kemegahannya; semasa semua segi kehidupan kita—politik, ekonomi, kebudayaan—harus ditujukan dan dilakukan untuk kepentingan Jepang, dan ”menang perang” (Asia Timur Raya). Berarti Bang Mail menyadari bahwa tujuan utama bermusiknya, semangat yang menggebu untuk mencipta lagu, sebetulnya untuk mendukung upaya mencapai kemerdekaan. Jadi, tidak mengherankan kalau banyak dari 202 lagu ciptaannya bercorak romantika perjuangan. Bahkan, ketika kemerdekaan yang telah dikumandangkan 17 Agustus 1945 itu terancam oleh kekuatan kolonial yang ingin kembali berkuasa, Ismail terus menggugah semangat bangsanya melalui lagu-lagu perjuangan, seperti Sepasang Mata Bola (1946) dan Melati di Tapal Batas (1947). Penggolong-golongan karya Ismail dalam tiga periode perjuangan, yakni Hindia-Belanda (1900-1942), Pendudukan Jepang (1942-1945), dan Revolusi (1945-1950), menyiratkan kentalnya konteks karya musik komponis kita ini dengan perjuangan. Dalam hal Ismail, karya pertamanya pun—O Sarinah (1931)—menggunakan judul yang maknanya lebih dari sekadar nama seorang wanita. Sarinah juga lambang bangsa yang tertindas penjajah.Ismail tentu tidak sendirian dalam musik bergenre perjuangan ini. Lainnya, antara lain R Maladi, yang dikenal sebagai pencipta lagu Rangkaian Melati, dan Di Bawah Sinar Bulan Purnama. Lagu-lagu tersebut ia ciptakan semasa penjajahan Jepang, 1942-1945. Rangkaian Melati disebut diilhami kisah nyata seorang putri cantik Solo yang punya kekasih tampan. SN Ratmana di harian ini (12/2/1978) menulis, sang kekasih ini ditangkap perwira Dai Nippon, lalu dikirim ke Burma (Myanmar) untuk dijadikan romusa atau heiho. Syair lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama sendiri juga simbolik, seperti ”Si Miskin pun yang hidup sengsara, semalam itu bersuka”. Maladi mengakui, rakyat hidup miskin semasa penjajahan. Namun, sesekali mereka bisa merasa senang karena kemerdekaan telah membayang, seperti dilukiskan dalam simbol bulan purnama.Pada lagu Solo di Waktu Malam, Maladi menulis ”Daun berbisik di tepi sungai”, yang menyimbolkan para pemuda pejuang yang bertukar pikiran di kawasan Jurug dan Tirtonadi. Namun, perbincangan para pemuda itu dilakukan dengan berbisik, sementara pada Ombak Samudra terdapat lirik ”Kapan kau pulang ombak samudra. Kembali ke pantai bahagia”. Ini juga ekspresi kerinduan pada sesuatu yang membahagiakan, yang tiada lain adalah kemerdekaan. Selain simbolisme dan cita-cita, ciptaan Maladi juga mencoba merekam sejarah. Di Sela-sela Rumput Hijau merupakan rekaman pemberontakan Peta di Blitar, Februari 1945, di bawah pimpinan Supriadi. Sementara Ombak Samudra mencatat peristiwa bertolaknya Soekarno dan Hatta ke Saigon untuk menemui Jenderal Terauchi akhir Juli 1945 dan Nyiur Hijau melukiskan fajar Indonesia Merdeka, yaitu ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk awal Agustus 1945. Memuncaki penggunaan musik untuk menggelorakan semangat perjuangan menuju kemerdekaan tentu saja kiprah WR Supratman, yang sudah menggubah Indonesia Raya tahun 1928. Supratman menuliskan ”lagu kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya, hal yang kemudian dilarang Pemerintah Hindia Belanda. Seperti ditulis Bondan Winarno dalam buku tentang Indonesia Raya (2003), Gubernur Jenderal Jonkheer de Graeff mungkin saat itu beralasan, ”Untuk apa ada lagu kebangsaan bagi bangsa yang toh tidak ada?”Indonesia Raya yang susunan liriknya merupakan soneta (sajak 14 baris)—mengingatkan orang kepada Empu Walmiki ketika menulis epik Ramayana—segera setelah dikumandangkan menjadi seloka sakti yang mempersatukan bangsa. Belanda yang lebih suka menyebut bangsa Nusantara sebagai bangsa Jawa, Sunda, atau Sumatera, tahu potensi lagu ini untuk mempersatukan dan melarangnya. Tetapi, semakin dilarang, semakin kuatlah lagu ini menjadi penyemangat dan perekat bangsa. Nasionalisme melalui musik Dalam perjalanannya, musik Indonesia melahirkan satu genre yang dikenal sebagai seriosa. Sebagian mengangkat puisi penyair termasyhur, seperti Chairil Anwar, sebagai lirik (Cintaku Jauh di Pulau/FX Soetopo). Di Barat, genre ini dikenal sebagai art song atau lied (Jerman). Dalam genre ini banyak pula terkandung elemen nasional, juga perjuangan. Tetapi, setelah sempat mengalami kejayaan di dekade 1960-an dan 1970-an, seriosa Indonesia meredup.Kalau semangat perjuangan melalui musik seriosa cukup ditopang vokalis dan pianis, semangat sama bisa pula diangkat ke dalam musik orkestra. Meski di Barat dikenal musik nasional yang hebat seperti Finlandia karya Sibelius dan Moldau (nama sungai besar yang melewati Praha) karya Smetana, pemusik Indonesia yang punya tekad dan kapasitas untuk mentransformasikan semangat tersebut ke dalam musik orkestra adalah mendiang Yazeed Djamin. Setelah menghasilkan musik orkestra untuk lagu seperti Betawi (Ondel-ondel), Yazeed—atas pesanan mantan Presiden BJ Habibie—menggubah Variasi Sepasang Mata Bola pada tahun 1999.Terlepas dari warna diatonik pada karya ini, Variasi Sepasang Mata Bola merupakan upaya untuk menghidup-hidupkan semangat kemerdekaan melalui musik. Kemerdekaan, sebagaimana musik nasional yang pada masa lalu ikut membantu kelahirannya, kini sama-sama berhadapan dengan arus global yang kuat. Namun, dalam tekanan itu pula, melalui musik nasional selalu menyusup kenangan kebangkitan bangsa.Dalam kaitan ini pula kita terus merindukan pemusik ulung Indonesia, yang menjawab tantangan untuk melahirkan musik nasional sehingga kita bisa punya sosok, seperti Vaugh Williams yang unmistakably Inggris dan Aaron Copland yang tak salah lagi Amerika. Komposer besar Italia, G Verdi, meyakini, ”Tiada hal yang bisa membungkam suara bangsa”. Kini pun, ketika masih banyak suara hati bangsa yang harus dikumandangkan ketika lidah masih belum sepenuhnya terampil mengatakannya, musik adalah kanalnya, sebagaimana telah diperlihatkan Ismail Marzuki, Maladi, dan WR Supratman pada masa prakemerdekaan. Peninggalan Portugis di Batavia | Pingkan | Rabu, 2 Mei 2012 | 11:49 WIB Warta Kota/ yp yudha Batavia Pertengahan Abad 16 SEJAK zaman lampau, Nusantara dipandang merupakan wilayah yang kaya. Karena itu berbagai bangsa asing datang ke sini untuk jangka waktu lama. Hubungan yang pertama kali dilakukan antarnegara adalah hubungan dagang. Lama-kelamaan hubungan itu berkembang menjadi hubungan sosial (misalnya perkawinan) dan hubungan politik (misalnya invasi atau penjajahan).Negara kita banyak didatangi bangsa asing, terutama dari Eropa, karena rempah-rempah kita dinilai berkualitas tinggi. Rempah-rempah sangat dibutuhkan oleh negeri beriklim dingin, sehingga berbagai bangsa Eropa itu berupaya mencari sendiri ke sini. Selain Belanda yang selama 350 tahun menjajah negara kita, jejak Portugis pun banyak dijumpai dalam berbagai ujud. Bangsa Portugis memang dikenal sebagai bangsa pelayar dan petualang yang tangguh. Masa ekspansi kolonial Portugis dimulai pada 1385 ketika John I mendirikan Dinasti Aviz. Pada abad XVI daerah jajahan Portugis meliputi Amerika Selatan, Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Diperkirakan, timbulnya kolonialisme Portugis dimulai oleh "mimpi" seorang Pangeran bernama Dom Henrique, untuk mencari "dunia baru". Dia meninggalkan istana dan mendirikan sekolah nautika di Portugis Selatan. Di sana dia mengundang para ahli geografi dan kartografi terbaik Eropa. Dengan uangnya sendiri lalu dia membentuk sebuah armada kapal yang pergi berlayar mencari "dunia baru" tadi. Pada awalnya mereka berhasil melewati Tanjung Harapan di Afrika. Maka rute ke wilayah Timur pun terbuka dan dalam sekejap tujuan-tujuan komersial memperkuat jiwa petualangan bangsa Portugis itu. Ketika mereka tiba di Goa, India, mereka mulai menyadari betapa pentingnya perdagangan rempah-rempah. Setelah berhasil merebut Malaka di Malaysia pada 1511, maka Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi untuk mencari Maluku. Dari sanalah Portugis mulai melakukan ekspansi ke seluruh wilayah Indonesia (Pengaruh Portugis di Indonesia, 2000). Dari rempah-rempah lalu berkembang menjadi hubungan militer, kebudayaan, etnis, komersial, dan agama. Masa kolonialisasi Portugis di Indonesia antara lain dapat ditelusuri lewat tulisan seorang pengelana bernama Tome Pires. Catatan Pires banyak dipakai untuk merekonstruksi sejarah Indonesia pada abad XV. Tulisannya, Suma Oriental (Perjalanan ke Timur), dibukukan di London pada 1944.Catatan Pires yang dinilai penting antara lain tentang adanya Kerajaan Sunda di Jawa Barat (regno de cumda). Begitu pula tentang asal mula kota Jakarta, yang sampai kini masih menjadi polemik. Ketika itu, menurut Pires, pada 1522 di Sunda Kalapa, Portugis menandatangani perjanjian dengan pangeran setempat. Hasil kerja sama itu diujudkan dalam sebuah padrao. Padrao adalah sebuah tiang batu setinggi kira-kira dua meter, dengan suatu inskripsi yang menyatakan bahwa orang Portugis telah lewat di situ.



TUGAS SEJARAH AFRIKA
KLIPING KEBUDAYAAN DAN POLITIK DI KAWASAN AFRIKA
(Disusun guna untuk memenuhi tugas Sejarah Afrika)
(Dosen Pengempu mata kuliah Drs.Sugianto.M.Hum)

Di susun oleh:
1.FANDU DYANGGA PREDETA  100210302003
2.EKA AULIA PITRI YANA          100210302005
3.NUZUL IRSAD PURNOMO        100210302019
4.AGENG PERISTIWA SAKTI       100210302046
5.ERLINDA RIZKY APRILIA        100210302054

PENDIDIKAN SEJARAH
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012


DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
SUARA MERDEKA(perekat komunitas jawa tengah)..................................................
KOMPAS.COM(wisata budaya di asia-afrika)...............................................................
KOMPAS.COM(MUSIK PENGGUGAH KEBUDAYAAN AFRIKA)............................
KOMPAS.COM(peninggalan portugis di batavia)..........................................................
KOMPAS.COM[mayapada prana]Piramida Mesir : Mahakarya Manusia Raksasa....
KOMPAS.COM(proses pembuatan piramida mesir).....................................................
SUARA MERDEKA(budaya mesiryang adi luhung)....................................................
KOMPAS.COM(siapa yang membuat piramida)...........................................................














KOMPAS.COM
1.Wisata Budaya di Asia Africa Art & Culture Festival
 Peristiwa bersejarah Konferensi Asia Afrika (1955) direvivitalisasi melalui sudut pandang hubungan seni budaya antarbangsa Asia Afrika. Gedung Merdeka yang terletak di kota Bandung, menjadi saksi bisu di mana para pemimpin bangsa-bangsa se-Asia Afrika (1955) menyampaikan aspirasinya untuk bersatu meraih kemerdekaan bangsanya dari kolonialisasi bangsa Eropa, serta berupaya membangun stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara di kawasan Asia dan Afrika yang bebas dan merdeka.
Bandung pun menjadi ibukota Asia Afrika pada tahun 1955 yang kini diakui oleh bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Dalam upaya membuka ingatan kolektif dunia, khususnya bangsa Asia dan Afrika, pemerintah Indonesia dan anggota Konferensi Asia Africa, menggelar acara peringatan tiap tahunnya di Gedung Merdeka, Bandung.Pada tahun ini ingatan kolektif masyarakat Asia Afrika menggelar perhelatan Asia Africa Art & Culture di Gedung Merdeka, Bandung, pada tanggal 22-24 April 2008. Pada Opening Ceremony dimulai dengan pergelaran seni budaya Indonesia oleh para penari dan koreografer dari Jawa Barat.
Tidak hanya itu, para delegasi yang akan mementaskan keseniannya juga ikut melakukan historical walk dari Hotel Savoy Homann hingga Gedung Merdeka. Kemudian diikuti oleh ribuan siswa-siswi kelas satu dan dua dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, serta parade kesenian tradisi Jawa Barat yang organisasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Barat.Perhelatan itu menguatkan penanda persaudaraan bangsa-bangsa Asia Afrika pada tahun ini melalui pertemuan seni budaya antar bangsa.
“Bandung memiliki daya tarik objek wisata dunia. Dan kegiatan ini majadi salah satu upaya untuk mengimplemetasikan kesepakatan Konferensi Asia Afrika (KAA) dengan melakukan kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya antar bangsa-bangsa Asai Afrika,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, H.I. Budhiyana, di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (23/4) pagi.
Kontingen negara Asia Afrika yang turut serta dalam perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival antara lain dihadiri oleh senimana dari Mesir dan India, sementara perwakilan dari Korea Selatan, Jepang, China dan Indonesia dihadiri oleh seniman muda dan mahasiswa/i Indonesia yang secara khusus mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa tersebut.
Perhelatan yang digelar pada Rabu (23/4) pagi dihadiri oleh ribuan masyarakat kota Bandung dan beberapa tamu negara dari Asia Afrika yang turut menyaksikan parade kesenian Jawa Barat. Sementara seni budaya Indonesia yang dikemas dalam tarian massal disajikan oleh puluhan penari dari Jawa Barat dengan menampilkan koreografi yang mengolaborasikan tarian khas Indonesia yang ada dari Sabang sampai Merauke. Tarian itu juga dikemas dengan busana tradisi elaboratif yang merupakan kolase warna-warni seni budaya Indonesia.Andri Hadi, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, menegaskan bahwa acara yang diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat beserta Pemda provinsi Jabar ini menguatkan hubungan erat bangsa-bangsa Asia Afrika yang terlibat dalam KAA pada tahun 1955 hingga sekarang.
“Forum KAA mempererat hubungan negara Asia Afrika. Solidaritas politik dan kerjasama sosial budaya pada dasarnya adalah hubungan erat antarmasyarakat Asia Afrika. People to people contact. Bandung is capital of Asia Africa,” papar Andri Hadi di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (23/4) pagi.Sementara Gubernur Jabar, Danny Setiawan mengatakan bahwa perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival adalah komitmen bangsa Indonesia terhadap KAA 1955. perhelatan itu sendiri merupakan upaya Pemda Jabar dalam merevitalisasi peristiwa bersejarah pada tahun 1955.Persiapan perhelatan seni budaya itu memang nampak kurang maksimal dengan berbagai kendala teknis dan kurang signifikannya pengamanan dari aparat kepolisian. Perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival dinilai kurang publisitas, karena tidak semua masyarakat kota Bandung mengetahui perhelatan tersebut. Hal ini terlihat dari kurang antusiasnya masyarakat kota Bandung terhadap peristiwa budaya Asia Afrika tersebut.
Masyarakat yang datang ke Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, hanya datang karena rasa ingin tahu karena kemacetan di jalan-jalan protokol Rabu (23/4) pagi itu. Antusias para pelajar dalam pawai pelajar di hadapan para delegasi Asia Afrika terlihat biasa saja.Mereka datang atas intruksi kepala sekolah untuk hadir dalam perhelatan budaya Asia Afrika tersebut, juga karena panitia pelaksana kegiatan itu terobsesi untuk mendapatkan award dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan harapan jumlah pelajar yang terlibat dalam parade mencapai lebih dari 5000 siswa. Tapi, hal itu gagal dilakukan karena jumlah yang dimaksud tidak tercapai.
Pada Closing Ceremony Asia Africa Art & Culture Festival yang digelar di tempat dilaksanakannya Konferensi Asia Africa (1955) lebih kurang bagus dalam sajian kemasan acaranya. Lagi-lagi panitia pelaksana berapologi bahwa kegiatan semacam ini hanyalah embrio dari kegiatan tahunan. Peringatan KAA akan dikemas dengan perhelatan seni budaya, melalui gelaran pertunjukan kesenian dan budaya tradisi dari masing-masing bangsa Asia dan Afrika.Perwakilan seni budaya tradisi dari negeri Myanmar hanya ditampilkan sebuah rekaman dokumentasi tarian tradisi. Itu pun tidak dilengkapi nama atau jenis tariannya. Pasalnya, Staf Departemen Luar Negeri yang menangani kegiatan ini hanya menerima kepingan Compact Disc dari Konsulat/Kedutaan Myanmar.Kesenian dari negeri Jepang, Korea Selatan, China ditampilan oleh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang mempelajari kesenian tradisi bangsa-bangsa tersebut. Sehingga penonton dan undangan yang menyaksikan kesenian tersebut terheran-heran karena orang yang membawakan pertunjukan dan bangsa-bangsa itu orang Indonesia sendiri.Dari tujuh negara yang terlibat dalam pergelaran di acara Closing Ceremony Asia Africa Art & Culture Festival pada Kamis (24/4) malam, hanya Mesir dan India yang menyajikan seni tradisinya dengan serius, artinya bukan orang Indonesia yang menjadi seniman Jepang, Korea Selatan atau China.
Mesir menyajikan seni tradisi yang sudah menjadi hiburan masyarakat Mesir saat ini, yaitu nyanyian yang diiring alat perkusi serta tarian Rumi. Kesenian tersebut disajikan oleh kelompok seniman yang bernama El nil Muick Tro'ip.Kelompok seniman itu terdiri dari 8 orang musisi dan penyayi serta satu penari Rumi. Mereka adalah Adel Sman, Rowd Shisna, Goda Hikal, Salama, Mohammed Elgamel, Robap Sadk, Mohme Ixlose, dan Anter Engwi.
Kelompok ini sering tampil di acara resmi kenegaraan Mesir dan seniman keliling yang biasa dibayar untuk menghibur dalam suatu pesta pernikahan. Penampilan El nil Muick Tro'ip di Gedung Merdeka, Kamis (24/4) malam, menjadi sorotan para tamu dan undangan. Selain karena musik, nyanyian dan tarian Rumi yang atraktif disajikan dengan apik, busana mereka yang khas budaya Timur Tengah mengingatkan penonton pada suasana bulan suci Ramadhan dan film Ayat-Ayat Cinta.
Suasana pentas pun berganti dengan nuansa kultur India setelah penayangan profil wisata negeri Filipina. Tapi bukan film India dalam bentuk pertunjukan pentas, karena tidak ada tarian dan nyanyian di sana.
Ketika genjring berbunyi saat sang penari terbaik dari India, Pooja Bhatnagat, memasuki area pentas dengan pose tarian khas bertemakan Buddha yang berjudul Khatak karya penari sekaligus koreografernya, yaitu Pooja Bhatnagat.Usai Pooja Bhatnagat menari solo ia kemudian menari lagi dalam tarian Bharathnalyan karya Janakhi Shrikanth dengan ditemani para penari lain, antara lain Rupa Manoj, Shilpi Triphathi, Srishti Tripahthi, Paringdi Pardeshi, Aloy Roy, dan Tera Roy. Mereka adalah para penari yang dibina oleh Mr. Singh, Direktur Jawaharlal Nehru Indian Culture Center, Pusat Kebudayaan yang berada di bawah kewenangan Kedutaan Besar India di Jakarta.Mr. Singh dalam pengantar pertunjukannya mengatakan bahwa kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk menguatkan hubungan kultur melalui pertukaran apresiasi seni budaya antara Indonesia dan India.“Indonesia dan India bisa berbagi kekayaan seni budaya masing-masing negara sebagaimana spirit Konferensi Asia Afrika yang dirintis oleh Mr. Jawaharlal Nehru,” kata Mr. Singh di Gedung Merdeka, Bandung, Kamis (24/4) malam.Closing Ceremony Asia Africa Art & Culture Festival pada Kamis (24/4) malam itu ditutup dengan pertunjukan kolaboratif yang dipentaskan oleh seniman Jawa Barat bersama mahasiswa dan mahasiswi yang mewakili bangsa-bangsa anggota Asia Afrika.Meski perhelatan seni budaya se-Asia Afrika itu berjalan lancar. Namun panitia penyelanggara yang berasal dari SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) Jawa Barat dan Departemen Luar Negeri RI, menyesalkan persiapan event yang tidak terkoordinasi dengan baik jauh-jauh hari.
“Event ini memang kurang dipersiapkan dengan matang. Saya saja terlibat pada dekat waktu pelaksanaan. Kepastian anggaran kegiatan ini juga menjadi salah satu faktor kesuksesan. Tapi hal ini wajar karena baru kali ini peringatan KAA dilaksanakan dengan format seperti ini,” jelas Boy Worang, salah satu panitia Asia Africa Art & Culture Festival 2008, di Gedung Merdeka, Bandung, Kamis (24/4) malam kepada awak KOKTAIL Bandung.Banyak hal yang semestinya tidak terjadi dalam perhelatan besar itu mengganjal kesuksesan perhelatan tersebut. Hingga terkesan bahwa perhelatan besar sekelas Asia Afrika tidak jauh berbeda dengan pesta perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia di lingkungan Rukun Warga atau Kecamatan di Jawa Barat.Buku acara Asia Africa Art & Culture Festival yang lengkap dan komprehensif pun tidak ada. Keterangan lengkap mengenai seni budaya yang ditampilkan mewakili bangsa-bangsa yang terlibat dalam perhelatan nyaris tidak tersedia, sehingga wartawan yang meliput harus mondar-mandir meminta keterangan penampil dari peserta festival karena keterangan itu memang tidak disiapkan sebelumnya.
Perhelatan Asia Africa Art & Culture Festival yang dinilai bertaraf internasional, meski pada nyatanya penggarapannya masih lokal itu, menghabiskan anggaran APBD Jawa Barat sebesar 1,1 miliar rupiah. Sebuah pesta budaya yang cukup besar menghabiskan anggaran Pemda provinsi Jabar di akhir masa kekuasaan Danny Setiawan dan Nu’man Abdul Hakim.Akan tetapi hingga bulan Mei 2008 Disbudpar Prov Jabar belum membayarkan hutang dana kepada panitia kegiatan tersebut di atas karena mereka menolak potongan pajak 15% di luar perjanjian awal kesepakatan pelaksanaan kegiatan tersebut.
(Argus Firmansah/KOKTAIL/Bandung).  Posted by Hoofdredacteur  at 03:032.















Selasa, 19 April 2005  WACANA
Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika
Oleh: Chusnan Maghribi
SETENGAH abad lampau, tatkala kemajuan teknologi informasi belum sehebat dan sepesat sekarang, para founding fathers Republik ini sudah mampu merangkul 29 negara di Benua Asia dan Afrika untuk menyatu dalam sebuah perhelatan akbar berskala internasional bernama Konferensi Asia-Afrika (KAA). Perhelatan itu digelar di Gedung Merdeka, Bandung, 18-24 April 1955.
KAA 1955 melahirkan Ten Principles of Bandung (Dasa Sila Bandung). Isinya antara lain menghormati persamaan hak dan derajat antarbangsa, nonintervensi, penyelesaian sengketa secara damai, menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban internasional, serta meningkatkan kepentingan dan kerja sama.
 Komunike bersama tentang Dasa Sila Bandung, embrio Non-Alignment Movement (Gerakan Non-Blok) tahun 1961, merupakan sikap politik negara-negara dua benua ketika merespons situasi dunia yang diliputi penjajahan, penindasan dan peperangan. Kesepakatan-kesepakatan dalam komunike tersebut menempatkan negara-negara Asia-Afrika dalam spektrum demokrasi yang menjunjung tinggi kemerdekaan, perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan secara universal. Hasilnya, satu demi satu negara Asia-Afrika memperjuangkan dan memperoleh kemerdekaannya.
 Nilai-nilai kemanusiaan universal tadi masih sangat relevan dalam konteks kekinian yang mencerminkan antipenindasan, semangat perdamaian, saling menghormati dan pengakuan atas kemerdekaan dan kedaulatan bangsa/negara.
 Di tengah situasi dunia yang tidak adil dengan dominasi negara-negara maju dewasa ini menjadikan nilai-nilai yang tertuang dalam Dasa Sila Bandung pantas ditegakkan/dihidupkan kembali. Dan, seiring perubahan zaman, kesepuluh prinsip itu harus "diremajakan" melalui kerja sama sosial, ekonomi, budaya, politik dan keamanan antarnegara Asia-Afrika. Dalam rangka itulah, Indonesia dan Afrika Selatan memrakarsai penyelenggaraan KAA di Jakarta dan Bandung, kali ini.
Dalam KAA lima hari itu, negara-negara peserta akan saling bertukar pengalaman dalam menangani berbagai isu sosial ekonomi, budaya, politik dan keamanan. Di samping itu, KAA 2005 membahas peluang-peluang dan kemungkinan kerja sama dalam penanganan bencana. Terjadinya gempa bumi dan tsunami yang dahsyat di Aceh dan negara-negara Asia-Afrika di pantai Samudera Hindia, mendorong perlunya dilakukan kerja sama dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana serupa di masa depan.
Sudah Lama Sebenarnya, secara politis, kerja sama Asia-Afrika sudah berlangsung sejak lama, ditandai perjuangan bersama melawan kolonialisme-imperialisme, hal itu termanifestasikan dalam KAA 1955. Namun, interaksi dua kawasan tersebut sejauh ini masih sangat minimal dan terbatas.
 Karena itu, upaya-upaya untuk terus meningkatkan derajat dan intensitas interaksi antardua kawasan itu merupakan hal sangat penting untuk diperhatikan bersama. Nilai-nilai yang terkandung dalam Dasa Sila Bandung, seperti perdamaian, kerja sama dan persahabatan, serta penghormatan terhadap integritas teritorial dan pengakuan terhadap kesamaan ras, tetap mengandung makna sangat penting dan kontekstual dalam interaksi regional dan global dewasa ini. Kerja sama yang sudah terjalin antara Asia dan Afrika dalam memerangi kolonialisme beberapa dekade lalu masih tetap diperlukan dan bahkan ditingkatkan guna memerangi "musuh" masa kini, berupa kemiskinan, beragam penyakit, konflik komunal ataupun perang bersenjata dengan segala penyebabnya, kolonialisme di bidang sosial ekonomi, budaya dan politik. Mengenai kemiskinan, Benua Asia dan Afrika tak asing lagi dikenal sebagai kawasan paling banyak jumlah penduduk miskinnya. Asia-Afrika dengan 107 negara (lebih dari separo anggota PBB) kini populasinya mencapai 4,6 miliar jiwa atau 73 persen dari total penduduk dunia. Dari jumlah itu, satu miliar di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Produk domestik bruto (PDB) Asia-Afrika mencapai 9,3 triliun dolar AS, kurang lebih sepertiga dari total PDB dunia. PDB Asia-Afrika sama dengan PDB Amerika Serikat yang hanya berpenduduk 270 juta jiwa.
Menurut Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Deplu RI, Prof Dr Herijanto Soeprapto, jika Asia-Afrika mampu mengatasi problem kemiskinan penduduknya, berarti hampir separuh persoalan dunia telah terselesaikan/teratasi.
 Jadi, memang merupakan kebutuhan sangat penting dan mendesak bagi Asia-Afrika untuk menegakkan atau menghidupkan, bahkan meremajakan kembali Semangat Bandung 1955, sesuai kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik dan keamanan yang dihadapi kedua kawasan dewasa ini. Dan, peremajaan kembali Spirit Bandung itu agaknya akan terlihat dalam Deklarasi tentang Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (The New Asian-African Strategic Partnership / NAASP) yang akan diluncurkan di hari terakhir KAA 2005.
Konkret dan Komplementer
Pada intinya, NAASP berisi uraian mengenai prinsip-prinsip dasar kemitraan strategis baru Asia-Afrika, tujuan dan sasarannya, substansi kerja sama yang mencakup aspek sosial ekonomi, kultural, politik, keamanan dan mekanisme kerja sama selanjutnya. NAASP akan difokuskan pada bentuk kerja sama konkret dan komplementer demi tercapainya perdamaian, kemakmuran dan stabilitas di kedua benua. Adapun program kerja sama konkret dalam NAASP meliputi antara lain upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan kapasitasnya, memperkuat sistem perdagangan multilateral, meningkatkan kerja sama perdagangan, industri, investasi dan keuangan.
Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika itu terdiri dari tiga pilar, yaitu antarpemerintah, antarorganisasi subregional, dan antarkelompok masyarakat (bisnis, akademisi dan masyarakat madani atau civil society). Untuk itu, perlu diupayakan penguatan kerja sama antarorganisasi subregional, serupa ASEAN ataupun OAU (Organisasi Afrika Utara) dan regional, semisal Uni Afrika dalam rangka implementasi proyek-proyek kerja sama konkret dan komplementer. Kemudian, untuk "mengawal" pelaksanaan program-program NAASP, pada pertemuan AASROC (Asian-African Sub Regional Organizations Conference) I di Bandung bulan Juli 2003 telah ditetapkan mekanisme pertemuan antara kedua benua secara teratur. Yaitu Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KTT AA) setiap empat tahun sekali, pertemuan tingkat menteri tiap dua tahun sekali, dan pertemuan tingkat menteri sektoral yang bisa dilaksanakan sesuai kebutuhan.
Dengan begitu, event KAA 2005 diharapkan akan benar-benar lebih banyak sisi upaya nyata mewujudkan kerja sama konkret dan komplementer di banyak bidang dari pada sisi romantika sejarahnya. (29)-Chusnan Maghribi, peneliti masalah-masalah global di Center of International Studies, Yogyakarta.
Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga
Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu & DIY | Banyumas
Budaya | Wacana
   Cybernews | Berita Kemarin
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA



















KOMPAS.COM
100 Tahun Kebangkitan Nasional
Musik Pun Menggugah Kebangsaan...
 | Senin, 15 September 2008 | 01:31 WIB
Oleh Ninok Leksono
"Di samping segala-galanya (urusan lain-lain—pen), perjuangan untuk Kemerdekaanlah yang harus menjadi pokok pekerjaan semua orang Indonesia di zaman-zaman kesukaran seperti sekarang ini." (Ismail Marzuki, dalam ”Minggu Merdeka”, 1/6/1958)
Ucapan itu sendiri keluar dari Bang Mail—panggilan akrab Ismail Marzuki—semasa pemerintahan bala tentara Dai Nippon berada dalam kemegahannya; semasa semua segi kehidupan kita—politik, ekonomi, kebudayaan—harus ditujukan dan dilakukan untuk kepentingan Jepang, dan ”menang perang” (Asia Timur Raya).
Berarti Bang Mail menyadari bahwa tujuan utama bermusiknya, semangat yang menggebu untuk mencipta lagu, sebetulnya untuk mendukung upaya mencapai kemerdekaan. Jadi, tidak mengherankan kalau banyak dari 202 lagu ciptaannya bercorak romantika perjuangan. Bahkan, ketika kemerdekaan yang telah dikumandangkan 17 Agustus 1945 itu terancam oleh kekuatan kolonial yang ingin kembali berkuasa, Ismail terus menggugah semangat bangsanya melalui lagu-lagu perjuangan, seperti Sepasang Mata Bola (1946) dan Melati di Tapal Batas (1947).
Penggolong-golongan karya Ismail dalam tiga periode perjuangan, yakni Hindia-Belanda (1900-1942), Pendudukan Jepang (1942-1945), dan Revolusi (1945-1950), menyiratkan kentalnya konteks karya musik komponis kita ini dengan perjuangan. Dalam hal Ismail, karya pertamanya pun—O Sarinah (1931)—menggunakan judul yang maknanya lebih dari sekadar nama seorang wanita. Sarinah juga lambang bangsa yang tertindas penjajah.Ismail tentu tidak sendirian dalam musik bergenre perjuangan ini. Lainnya, antara lain R Maladi, yang dikenal sebagai pencipta lagu Rangkaian Melati, dan Di Bawah Sinar Bulan Purnama. Lagu-lagu tersebut ia ciptakan semasa penjajahan Jepang, 1942-1945. Rangkaian Melati disebut diilhami kisah nyata seorang putri cantik Solo yang punya kekasih tampan. SN Ratmana di harian ini (12/2/1978) menulis, sang kekasih ini ditangkap perwira Dai Nippon, lalu dikirim ke Burma (Myanmar) untuk dijadikan romusa atau heiho.
Syair lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama sendiri juga simbolik, seperti ”Si Miskin pun yang hidup sengsara, semalam itu bersuka”. Maladi mengakui, rakyat hidup miskin semasa penjajahan. Namun, sesekali mereka bisa merasa senang karena kemerdekaan telah membayang, seperti dilukiskan dalam simbol bulan purnama.Pada lagu Solo di Waktu Malam, Maladi menulis ”Daun berbisik di tepi sungai”, yang menyimbolkan para pemuda pejuang yang bertukar pikiran di kawasan Jurug dan Tirtonadi. Namun, perbincangan para pemuda itu dilakukan dengan berbisik, sementara pada Ombak Samudra terdapat lirik ”Kapan kau pulang ombak samudra. Kembali ke pantai bahagia”. Ini juga ekspresi kerinduan pada sesuatu yang membahagiakan, yang tiada lain adalah kemerdekaan.
Selain simbolisme dan cita-cita, ciptaan Maladi juga mencoba merekam sejarah. Di Sela-sela Rumput Hijau merupakan rekaman pemberontakan Peta di Blitar, Februari 1945, di bawah pimpinan Supriadi. Sementara Ombak Samudra mencatat peristiwa bertolaknya Soekarno dan Hatta ke Saigon untuk menemui Jenderal Terauchi akhir Juli 1945 dan Nyiur Hijau melukiskan fajar Indonesia Merdeka, yaitu ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk awal Agustus 1945.
Memuncaki penggunaan musik untuk menggelorakan semangat perjuangan menuju kemerdekaan tentu saja kiprah WR Supratman, yang sudah menggubah Indonesia Raya tahun 1928. Supratman menuliskan ”lagu kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya, hal yang kemudian dilarang Pemerintah Hindia Belanda. Seperti ditulis Bondan Winarno dalam buku tentang Indonesia Raya (2003), Gubernur Jenderal Jonkheer de Graeff mungkin saat itu beralasan, ”Untuk apa ada lagu kebangsaan bagi bangsa yang toh tidak ada?”Indonesia Raya yang susunan liriknya merupakan soneta (sajak 14 baris)—mengingatkan orang kepada Empu Walmiki ketika menulis epik Ramayana—segera setelah dikumandangkan menjadi seloka sakti yang mempersatukan bangsa. Belanda yang lebih suka menyebut bangsa Nusantara sebagai bangsa Jawa, Sunda, atau Sumatera, tahu potensi lagu ini untuk mempersatukan dan melarangnya. Tetapi, semakin dilarang, semakin kuatlah lagu ini menjadi penyemangat dan perekat bangsa.


Nasionalisme melalui musik
Dalam perjalanannya, musik Indonesia melahirkan satu genre yang dikenal sebagai seriosa. Sebagian mengangkat puisi penyair termasyhur, seperti Chairil Anwar, sebagai lirik (Cintaku Jauh di Pulau/FX Soetopo). Di Barat, genre ini dikenal sebagai art song atau lied (Jerman).
Dalam genre ini banyak pula terkandung elemen nasional, juga perjuangan. Tetapi, setelah sempat mengalami kejayaan di dekade 1960-an dan 1970-an, seriosa Indonesia meredup.Kalau semangat perjuangan melalui musik seriosa cukup ditopang vokalis dan pianis, semangat sama bisa pula diangkat ke dalam musik orkestra. Meski di Barat dikenal musik nasional yang hebat seperti Finlandia karya Sibelius dan Moldau (nama sungai besar yang melewati Praha) karya Smetana, pemusik Indonesia yang punya tekad dan kapasitas untuk mentransformasikan semangat tersebut ke dalam musik orkestra adalah mendiang Yazeed Djamin. Setelah menghasilkan musik orkestra untuk lagu seperti Betawi (Ondel-ondel), Yazeed—atas pesanan mantan Presiden BJ Habibie—menggubah Variasi Sepasang Mata Bola pada tahun 1999.Terlepas dari warna diatonik pada karya ini, Variasi Sepasang Mata Bola merupakan upaya untuk menghidup-hidupkan semangat kemerdekaan melalui musik.
Kemerdekaan, sebagaimana musik nasional yang pada masa lalu ikut membantu kelahirannya, kini sama-sama berhadapan dengan arus global yang kuat. Namun, dalam tekanan itu pula, melalui musik nasional selalu menyusup kenangan kebangkitan bangsa.Dalam kaitan ini pula kita terus merindukan pemusik ulung Indonesia, yang menjawab tantangan untuk melahirkan musik nasional sehingga kita bisa punya sosok, seperti Vaugh Williams yang unmistakably Inggris dan Aaron Copland yang tak salah lagi Amerika.
Komposer besar Italia, G Verdi, meyakini, ”Tiada hal yang bisa membungkam suara bangsa”. Kini pun, ketika masih banyak suara hati bangsa yang harus dikumandangkan ketika lidah masih belum sepenuhnya terampil mengatakannya, musik adalah kanalnya, sebagaimana telah diperlihatkan Ismail Marzuki, Maladi, dan WR Supratman pada masa prakemerdekaan.




KOMPAS.COM

Peninggalan Portugis di Batavia
 | Pingkan | Rabu, 2 Mei 2012 | 11:49 WIB
Warta Kota/ yp yudha
 Batavia Pertengahan Abad 16
SEJAK zaman lampau, Nusantara dipandang merupakan wilayah yang kaya. Karena itu berbagai bangsa asing datang ke sini untuk jangka waktu lama. Hubungan yang pertama kali dilakukan antarnegara adalah hubungan dagang. Lama-kelamaan hubungan itu berkembang menjadi hubungan sosial (misalnya perkawinan) dan hubungan politik (misalnya invasi atau penjajahan).Negara kita banyak didatangi bangsa asing, terutama dari Eropa, karena rempah-rempah kita dinilai berkualitas tinggi. Rempah-rempah sangat dibutuhkan oleh negeri beriklim dingin, sehingga berbagai bangsa Eropa itu berupaya mencari sendiri ke sini. Selain Belanda yang selama 350 tahun menjajah negara kita, jejak Portugis pun banyak dijumpai dalam berbagai ujud. Bangsa Portugis memang dikenal sebagai bangsa pelayar dan petualang yang tangguh.
Masa ekspansi kolonial Portugis dimulai pada 1385 ketika John I mendirikan Dinasti Aviz. Pada abad XVI daerah jajahan Portugis meliputi Amerika Selatan, Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Diperkirakan, timbulnya kolonialisme Portugis dimulai oleh "mimpi" seorang Pangeran bernama Dom Henrique, untuk mencari "dunia baru". Dia meninggalkan istana dan mendirikan sekolah nautika di Portugis Selatan. Di sana dia mengundang para ahli geografi dan kartografi terbaik Eropa. Dengan uangnya sendiri lalu dia membentuk sebuah armada kapal yang pergi berlayar mencari "dunia baru" tadi.
Pada awalnya mereka berhasil melewati Tanjung Harapan di Afrika. Maka rute ke wilayah Timur pun terbuka dan dalam sekejap tujuan-tujuan komersial memperkuat jiwa petualangan bangsa Portugis itu. Ketika mereka tiba di Goa, India, mereka mulai menyadari betapa pentingnya perdagangan rempah-rempah.

Setelah berhasil merebut Malaka di Malaysia pada 1511, maka Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi untuk mencari Maluku. Dari sanalah Portugis mulai melakukan ekspansi ke seluruh wilayah Indonesia (Pengaruh Portugis di Indonesia, 2000). Dari rempah-rempah lalu berkembang menjadi hubungan militer, kebudayaan, etnis, komersial, dan agama.
Masa kolonialisasi Portugis di Indonesia antara lain dapat ditelusuri lewat tulisan seorang pengelana bernama Tome Pires. Catatan Pires banyak dipakai untuk merekonstruksi sejarah Indonesia pada abad XV. Tulisannya, Suma Oriental (Perjalanan ke Timur), dibukukan di London pada 1944.Catatan Pires yang dinilai penting antara lain tentang adanya Kerajaan Sunda di Jawa Barat (regno de cumda). Begitu pula tentang asal mula kota Jakarta, yang sampai kini masih menjadi polemik. Ketika itu, menurut Pires, pada 1522 di Sunda Kalapa, Portugis menandatangani perjanjian dengan pangeran setempat. Hasil kerja sama itu diujudkan dalam sebuah padrao. Padrao adalah sebuah tiang batu setinggi kira-kira dua meter, dengan suatu inskripsi yang menyatakan bahwa orang Portugis telah lewat di situ.

sejarah amerika


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Perang Dunia II meletus pada 1 September 1939, dan Amerika Serikat menyatakan mereka tidak ingin terlibat. Sebagian besar warga Amerika merasa AS sebaiknya tetap netral.
Jepang mengebom Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Akibatnya, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Blok Poros (Jerman, Jepang, dan Italia). Amerika Serikat terlibat dalam dua front, yaitu Front Pasifik melawan Jepang, dan Front Eropadan Afrika melawan Jerman dan Italia.
Pada 12 April 1945, Roosevelt meninggal dunia, dan digantikan oleh Harry Truman.Mussolini dieksekusi oleh partisan Italia pada 28 April. Dua hari kemudian, Adolf Hitler bunuh diri. Tentara Jerman menyerah di Italia pada 29 April dan di Eropa Barat pada 7 Mei.
Pemimpin-pemimpin Sekutu bertemu di Potsdam, Jerman, pada 11 Juli. Mereka meminta agar Jepang menyerah tanpa syarat. Jepang mengacuhkan seruan ini, sehingga AS menjatuhkan dua bom atom di Hiroshima ( 6 Agustus 1945) danNagasaki ( 9 Agustus 1945) untuk mengakhiri perang. Enam hari setelah pengeboman, pada 15 Agustus, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Perang Dunia II?
2.      Bagaimana keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II?
3.      Bagaimana jalan Perang Dunia II?
4.      Bagaiman Peran Amerika Serikat Perang Dunia II?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan Perang Dunia II?
2.      Mengetahui  keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II?
3.      Mengetahui  jalan Perang Dunia II?
4.      Mengetahui Peran Amerika Serikat Perang Dunia II?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perang Dunia II
Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat PDII) adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang sejarah dengan lebih dari 100 juta personel. Dalam keadaan "perang total," pihak yang terlibat mengerahkan seluruh bidang ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus perbedaan antara sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta orang, mayoritas warga sipil, tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai konflik paling mematikan dalam sejarah manusia.
Umumnya dapat dikatakan bahwa peperangan dimulai saat Jerman menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939, dan berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat. Secara resmi PD II berakhir ketika Jepang menandatangani dokumen Japanese Instrument of Surrender di atas kapal USS Missouri pada tanggal 2 September 1945, 6 tahun setelah perang dimulai.
2.2.1 Blok Poros
Negara-negara Poros  adalah negara-negara yang menentang pihak  Sekutu  selama Perang Dunia II. Ada 3 negara utama dalam kekuatan poros yaitu; Nazi Jerman, Italia dan Kekaisaran Jepang. Pada puncak kejayaan mereka, Kekuatan Poros menguasai dominasi daerah yang sangat luas di Eropa, Asia, Afrika dan Oseania/Pasifik. Tetapi Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan mereka. Seperti pihak Sekutu, keanggotaan Negara-negara Poros tidak tetap, dan beberapa negara bergabung dan kemudian meninggalkan Negara-negara Poros selama perang berlangsung.
Anggota Negara-negara Poros yang utama:
a)      Jerman, di bawah Adolf Hitler
b)    Italia, di bawah Benito Mussolini
c)     Jepang, Hideki Tōjō dan Kaisar Shōwa (Hirohito)
Anggota Negara-negara Poros Minoritas:
a)     Bulgaria
b)    Hongaria
c)     Yugoslavia
d)    Thailand
e)     Rumania
f)     Turki
g)    Bosnia
Negara Boneka Jepang:
a)     Manchukuo
b)    Mengjiang (bagian wilayah di Mongolia)
c)     Nanking (bagian wilayah di Tiongkok)
d)    Burma
e)     Filipina
Negara Boneka Italia:
a)     Albania
b)    Ethiopia
Negara Boneka Jerman:
a)     Serbia
Negara lainnya yang berkoalisi:
b)    Perancis Vichy
c)     Spanyol
d)    Denmark
2.2.2 Blok Sekutu
a)     Polandia: 1 September 1939
b)    Britania Raya: 3 September 1939 (termasuk Kerajaan India & Negara Koloni)
c)     Perancis: 3 September 1939
d)    Australia: 3 September 1939
e)     Selandia Baru: 3 September 1939
f)     Nepal: 4 September 1939
g)    Afrika Selatan: 6 September 1939
h)     Kanada: 10 September 1939
Setelah berakhirnya perang Poni
a)     Norwegia: 9 April 1940
b)    Belgia: 10 Mei 1949
c)     Luksemburg: 10 Mei 1940
d)    Belanda: 10 Mei 1940
e)     Yunani: 28 Oktober 1940
f)     Kerajaan Yugoslavia: 6 April 1941
g)    Uni Soviet: 22 Juni 1941
h)     Tannu Tuva: 25 Juni 1941
a)     Panama: 7 Desember 1941
b)    Kosta Rika: 8 Desember 1941
c)     Republik Dominika: 8 Desember 1941
d)    El Salvador: 8 Desember 1941
e)     Haiti: 8 Desember 1941
f)     Honduras: 8 Desember 1941
g)    Nikaragua: 8 Desember 1941
h)     Amerika Serikat: 8 Desember 1941
i)      China: 9 Desember 1941
j)      Guatemala: 1941, 9 Desember 1941
k)     Kuba: 9 Desember 1941
l)      Cekoslowakia : 16 Desember 1941
Setelah pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa
a)     Meksiko: 22 Mei 1942
b)    Brasil: 22 Agustus 1942
c)     Ethiopia: 14 Desember 1942
d)    Irak: 17 Januari 1943
e)     Bolivia: 7 April 1943
f)     Iran: 9 September 1943
g)    Italia: 13 Oktober 1943 (sebelumnya anggota Blok Poros)
h)     Kolombia: 26 November 1943
i)      Liberia: 27 Januari 1944
Setelah D-Day
a)     Romania: 25 Agustus 1944 (sebelumnya anggota Blok Poros)
b)    Bulgaria: 8 September 1944 (sebelumnya anggota Blok Poros)
c)     San Marino: 21 September 1944
d)    Albania: 26 Oktober 1944
e)     Hungaria: 20 Januari 1945 (sebelumnya anggota Blok Poros)
f)     Bahawalpur: 2 Februari 1945
g)    Ekuador: 2 Februari 1945
h)     Paraguay: 7 Februari 1945
i)      Peru: 12 Februari 1945
j)      Uruguay: 15 Februari 1945
k)     Finlandia: 15 September 1944
l)      Venezuela: 15 Februari 1945
m)   Turki: 23 Februari 1945
n)     Lebanon: 27 Februari 1945
o)    Arab Saudi: Maret 1945
p)    Argentina: 27 Maret 1945
q)    Chile: 11 April 1945
a)     Mongolia: 9 Agustus 1945
b)    Cleveland: 1 Desember 1945
2.2 Tragedi Pearl Harbor
Pada 26 November 1941 angkatan yang terdiri atas enam kapal induk diperintah oleh Wakil Laksamana Chuichi Nagumo Jepang meninggalkan Teluk Hitokappu diKepulauan Kuril dan menuju ke Pearl Harbor tanpa melakukan hubungan radio langsung apapun.
Pada pagi 7 Desember 1941, kapal terbang angkatan tersebut mengebom semua pangkalan militer Amerika Serikat di kepulauan Hawaii (terbesar merupakan pangkalan udara Angkatan Darat Amerika Serikat di pangkalan militer Angkatan Udara Hickam), dan kebanyakan kapal yang berlabuh di pelabuhan Pearl, termasuk "Barisan Kapal Tempur". Hampir semua kapal terbang Amerika dimusnahkan di atas tanah; hanya beberapa pejuang berhasil lolos dan bertempur. Dua belas kapal perang dan kapal lain ditenggelamkan atau rusak, 188 kapal terbang dimusnahkan, 155 telah rusak dan 2.403 orang Amerika kehilangan nyawa mereka. Kapal perang USSArizona diledakkan dan tenggelam menyebabkan 1.100 orang kehilangan jiwa, hampir separuh dari orang Amerika yang mati. Badannya diabadikan menjadi tugu peringatan kepada mereka yang tewas pada hari itu, kebanyakan dari mereka diabadikan di dalam kapal tersebut.
Tujuan serangan Pearl Harbor adalah untuk melumpuhkan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik, walaupun untuk sementara. Laksamana Isoroku Yamamoto sendiri menyatakan bahwa serangan yang berhasil sekalipun hanya memberikan setahun dua tahun kebebasan bertindak. Jepang telah terlibat dalam perperangan dengan Cina selama beberapa tahun (bermula pada tahun 1937) dan telah merampas Manchuria beberapa tahun sebelumnya. Rancangan untuk serangan Pearl Harbor untuk menyokong kelanjutan ketentaraan lanjut bermulai pada Januari 1941, dan latihan untuk misi berlangsung pada pertengahan tahun saat proyek ini dianggap layak setelah perselisihan sesama tentara laut Kekaisaran (Imperial Navy infighting).
Bagaimanapun, dalam jangka masa panjang serangan ke atas Pearl Harbor merupakan malapetaka strategis bagi Jepang. Malah Laksamana Yamamoto Isoroku, yang mencetuskan ide menyerang Pearl Harbor, telah meramalkan bahwa sungguhpun dengan kejayaan menyerang Angkatan Amerika Serikat tidak akan dan tidak mampu memenangkan peperangan dengan Amerika Serikat, sebab kemampuan pengeluaran Amerika terlalu besar. Salah satu tujuan Jepang adalah untuk memusnahkan tiga kapal induk Amerika Serikat yang diletakkan di Pasifik, tetapi kapal yang dimaksud tidak ada waktu pengeboman.
2.2 Awal Mula keterlibatan AS dalam Perang Dunia II
Di saat masyarakat Amerika sedang cemas mengamati jalannya perang di Eropa, ketegangan semakin meningkat di Asia. Setelah mengambil kesempatan untuk memperbaiki posisi strategi nya, Jepang dengan percaya dirinya menyatakan bahawa mereka akan berkuasa di seluruh daratan Pasifik. Inggris tidak mampu bertahan karena sedang bertempur mati – matian dengan Nazi Jerman. Mereka mundur dari Shanghai serta sementara menutup Jalur Burma. Pada musim panas tahun 1940, Jepang mendapatkan ijin dari pemerintah Vichy yang lemah di Perancis untuk menggunakan lapangan – lapangan udara di Indochina. Pada bulan September Jepang telah bergabung dengan Poros Roma – Berlin. Sebagai tindakan balasan, Amerika Serikat melakukan embargo ekspor besi tua ke Jepang.
Jepang mulai bergerak ke selatan untuk mendapatkan minyak, timah, dan karet ke Malaya yang dikuasai Inggris dan Hindia Timur yang dikuasai Belanda. Pada bulan Juli 1941 Jepang menduduki sisa daratan Indochina. Sebagai reaksi, Amerika Serikat membekukan aset Jepang.
Pada pertengahan November 1941, Jepang mengirim  utusan perdana menterinya, Jenderal Hideki Tojo ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cordell Hull. Jepang antara lain menuntut Amerika Serikat mencairkan asetnya kembali dan menghentikan ekspansi angkatan laut amerika Serikat di Pasifik. Hull membalas dengan usulan agar Jepang mundur dari Cina dan Indochinasebagai ganti aset – aset yang dibekukan. Jepang meminta waktu dua minggu untuk mempelajarinya, akan tetapi mereka menolaknya pada tanggal 1 Desember 1941. Pada tanggal 6 Desember 1941. F. D Roosevelt memohon langsung kepada Kaisar Jepang, Hirohito. Namun, pada tanggal 7 desember 1941, pesawat – pesawat Jepang yang yang lepas landas dari kapal induk menyerang armada pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai, dalam serangan tiba – tiba yang memporak-porandakan Sembilan belas kapal, termasuk lima kapal perang, dan sekitar 150 pesawat Amerika Serikat. Lebih dari 2300 tentara, pelaut dan orang sipil tewas. Kapal – kapal induk Amerika Serikat yang mengangkut pesawat tempur yang nantinya akan memegang peranan penting dalam perang pasifik, sedang melaut dan tidak berlabuh di Pearl Harbour. Ketika rincian serangan Jepang ke Hawaii, Midway, Wake dan Guam berkumandang di radio – radio, keraguan berubah menjadi amarah.tanggal 8 Desember 1941 Kongres menyatakan perang dengan Jepang. Tiga hari kemudian Jerman dan Italia menyatak perang dengan Amerika Serikat.
2.3 Jalannya Perang
Negara dengan cepat melakukan mobilisasi rakyat dan seluruh kapasitas industrinya. Pada tanggal 6 Januari 1942, Presiden Roosevelt mengumumkan target produksi yang mengejutkan. Tahun itu ditargetkan harus selesai 60.000 pesawat, 45.000 tank, 20.000 meriam antipesawat, dan 18 juta ton pengiriman niaga.seluruh kegiatan nasional yang meliputi pertanian, manufaktur, pertambangan, perdagangan, tenaga kerja, investasi, komunikasi, bahkan pendidikan dan kegiatan budaya berlangsung di bawah pengawasan baru yang menyeluruh. Negara mengumpulkan uang dalam jumlah besar dan menciptakan industri baru untuk produksi kapal, kendaraan lapis baja, dan pesawat secara massal. Perekrutan juga berlangsung. Di bawah serangkaian peraturan wajib militer, Amerika Serikat menjadikan angkatan bersenjatanya punya berkekuatan total 15.100.000. Pada akhir 1943, sekitar 65 juta pria dan wanita menjadi tentara atau bekerja di bidang yang berhubungan dengan perang.
Serangan ke Amerika Serikat melumpuhkan daya tarik kaum isolasionis dan mobilisasi militer pun bisa dilakukan yang cepat. Namun, akibat serangan Pearl Harbour dan ketakutan akan kegiatan spionase Asia, Amerika juga melakukan tindakan antitoleransi yaitu menawan orang – orang Amerika keturunan Jepang. Pada bulan Februari 1942, hampir 120.000 orang Jepang – Amerika yang tinggal di California dipindahkan dari rumah mereka dan ditahan di 10 kamp sementara yang kondisinya buruk dan dipagari kawat berduri. Mereka kemudian dipindahkan ke luar kota – kota terpencil di bagian Barat Daya. Hampir 63 persen warga Jepang – Amerika adalah Nisei, lahir di Amerika, dan dengan sendirinya adalah warga Negara Amerika Serikat. Tidak ada bukti kegiatan spionase yang bisa dimunculkan. Bahkan, warga keturunan Jepang – Amerika dari Hawaii dan daratan Amerika Serikat lainnya ikut bertempur dengan gagah berani dalam dua satuan infanteri di Italia. Yang lainnya bertugas sebagai penerjemah di Pasifik. Pada tahun 1983, pemerintah Amerika Serikat mengakui adanya ketidakadilan dalam penahanan tersebut dengan memberikan santunan terbatas kepada orang Jepang – Amerika kala itu yang masih hidup.
Tak lama setelah Amerika Serikat ikut berperang, Sekutu barat memutuskan untuk memusatkan upaya militer mereka di Eropa, di mana pusat kekuatan musuh berada, sementara wilayah Pasifik dinomorduakan. Pada musim semi dan panas tahun 1942, tentara Inggris bisa menahan masuknya Jerman ke Mesir dan menekan Jenderal Jerman Erwin Rommel untuk mundur ke Libya sehingga lenyaplah ancaman Terusan Suez, yang menhubungkan Laut Tengah dan Laut Merah.
Tanggal 7 November 1942, tentara Amerika mendarat di Afrika utara jajahan Perancis, dan setelah pertempuran habis – habisan, berhasil menimpakan kekalahan besar kepada tentara Italia dan Jerman. Tahun 1942 juga merupakan titik balik di Medan Tempur Timur, dimana Uni Soviet dengan kerugian luar biasa berhasil menghentikan invasi Nazi di gerbang Leningrad dan Moskow serta dapat mengalahkan pasukan Jerman di Stalingrad.
Pada bulan Juli 1943, pasukan Inggris dan Amerika menduduki Sisilia dan akhir musim panas, pesisir selatan Laut Tengah dibersihkan dari kekuatan Fasis. Pasukan Sekutu mendarat di Italia dan meskipun pemerintah Italia menyerah tanpa syarat, pertempuran melawan tentara Nazi di Italia berlangsung sengit dan berlarut – larut. Kota Roma tidak bebas hingga tanggal 4 Juni 1944. Sementara pertempuran masih berlangsung di Italia, pasukan Sekutu melakukan serbuan udara terhadap jalur kereta, pabrik – pabrik, penyimpanan senjata Jerman serta pesediaan minyak Jerman di Ploesti, Rumania.
Pada akhir 1943, tentara Sekutu setelah melakukan perdebatan panjang mengenai strategi, memutuskan untuk membuka medan tempur Barat untuk memaksa Jerman mengalihkan lebih banyak tentaranya dari medan tempur Rusia. Jenderal Amerika Serikat, Dwight D. Eisenhower ditunjuk sebagai Panglima tertinggi Sekutu di Eropa. Setelah melalui persiapan luar biasa, pada tanggal 6 Juni 1944 rombongan pertama invasi tentara Amerika Serikat, Inggris dan Kanada yang dilindungi angkatan udara yang hebat, mendarat di pantai Normandia di utara Perancis. Dengan pendirian benteng di pantai setelah terjadi pertempuran sengit, makn banyak tentara yang masuk dan banyak satuan tentara Jerman yang ditangkap setelah terkepung oleh gerakan capit kepiting. Tentara Sekutu mulai bergerak melintasi Perancis menuju Jerman.tanggal 25 Agustus 1944 Paris berhasil dibebaskan. Di perbatasan Jerman, tentara Sekutu dihadang oleh perlawanan keras , namun tentara Jerman berhasil maju ke Jerman dari arah barat. Tentara Jerman bertekuk lutut di hadapan tentara Rusia bagian timur. Tanggal 8 Mei 1945, semua kekuatan angkatan darat, laut, dan udara Third Reich yang tersisa menyerah.
Sementara itu, tentara Amerika Serikat bergerak maju di Pasifik. Walau pasukan Amerika Serikat dipaksa menyerah di Filipina pada awal 1942, tentara Sekutu menyerang pada bulan – bulan berikutnya. Pada bulan April, Jenderal James Doolittle memimpin pasukan pengebom Amerika Serikat menyerang Tokyo. Secara militer serangan ini berdampak kecil, namun dengan adanya serangan tersebut memberikan dorongan psikologi yang besar terhadap rakyat. Dalam pertempuran Laut karang yang merupakan pertempuran laut pertama di mana seluruh pertarungan dilakukan oleh pesawat yang lepas landas dari kapal induk. Angkatan laut Jepang menderita kerugian besar sehingga mereka terpaksa membatalkan ide untuk menyerbu Australia. Pertempuran Midway di tengah – tengah Samudra Pasifik menjadi titik balik bagi Sekutu, dimana tentara Jepang untuk pertama kali kalah besar. Jepang kehilangan empat kapal induk sehingga langkahnya menyeberangi Pasifik tengah terhenti.
Pertempuran lain – lain juga menyumbang kesuksesan Sekutu. Guadalcanal, sebuah kemenangan yang menentukan untuk Amerika Serikat, manandai aksi ofensif pertama Amerika Serikat di Pasifik selama dua tahun berikutnya, pasukan Amerika dan australia yang mencari jalan untuk bergerak ke arah utara kepulauan Pasifik, berhasil menguasai Kepulauan Solomon, Gilbert, Marshall, Mariana, dan Bonin melalui serangan amfibi.
Perang di Pasifik terus berlanjut setelah Jerman menyerah, dan pertempuran – pertempuran pamungkas di Pasifik terhitung paling dasyat. Pada awal Juni 1944, Pertempuran Laut Filipina meluluhlantakan Angkatan Laut Jepang, memaksa Perdana Menteri Jepang Tojo mundur dari jabatannya. Jenderal Douglas MacArthur yang dua tahun sebelumnya dengan enggan meninggalkan Filipina agar tidak ditangkap Jepang. Mereka datang kembali untuk melancarkan Angkatan Laut Amerika Serikat. Pertempuran Teluk Leyte berakhir dengan kekalahan Angkatan Laut Jepang dan mengembalikan kendali perairan Filipina ke tangan Sekutu.
Pada bulan Februari 1945, tentara Amerika Serikat telah mengambil alih Manila. Amerika Serikat mengincar Pulau Iwo Jima di Kepulaun Bonin, yang terletak di tengah – tengah antara Kepulauan Mariana dan Jepang. Namun, Japang tetap bersikukuh mempertahankan pulau tersebut dengan memanfaatkan pulau tersebut dengan memanfaatkan gua – gua alami dana dataran berkarang. Pengeboman Amerika Serikat mendapat perlawanan keras Jepang di darat dan serangan bunuh diri kamikaze di udara. Pasukan Amerika Serikat merebut pulau tersebut pda pertengahan Maret, namun harus kehilangan 6.000 nyawa marinirnya, sementara itu hampir seluruh tentara Jepang tewas. Sejak saat itu Amerika Serikat memulai serangan udara besar – besaran ke pelabuhan dan bandara di Jepang. Dari Mei hingga Agustus, Angkatan Udara ke – 20 melancarkan gelombang serangan ke pulau Jepang. Kepala pemerintahan Amerika Serikat, Inggris, dan Soviet bertemu di Postdam, sebuah daerah di pinggir kota Berlin, mulai 17 Juli hingga 2 Agustus 1945 untuk membahas operasi melawan Jepang, kesepakatan damai di Eropa, dan kebijakan untuk masa depan Jerman.
Konferensi tersebut sepakat untuk membantu pendidikan ulang bagi generasi Jerman yang dibesarkan dalam ajaran Nazisme dan menetapkan prinsip – prinsip umum untuk pembangunan kembali kehidupan politik yang demokratis di negara tersebut. Para anggota konferensi juga membahas klaim perbaikan yang dibebankan kepada Jerman, dan bersepakat untuk mengadili para pemimpin Nazi yang dituduh melkukan kejahatan terhadap kemanusiaan, serta dan membantu memindahkan lahan industri dan properti yang dilakukan Uni Soviet. Namun, klaim Soviet yang sudah diajukan di Yalta, untuk perbaikan sebesar $10 miliar tetap menjadi kontroversi.
Sehari menjelang Konferensi Postdam mulai, sebuah bom atom diledakkan di Alamogordo, New Mexico. Peristiwa ini menandai titik puncak riset intensif selama tiga tahun di sejumlah laboratorium di seluruh penjuru Amerika Serikat yang dikenal dengan nama Proyek Manhattan ( The Manhattan Project ). Presiden Truman, yang memperhitungkan bahwa bom atom bisa memaksa Jepang menyerah lebih cepat dengan jumlah korban lebih sedikit dibandingkan invasi darat, memerintahkan penggunaan bom tersebut bila Jepang tidak menyerah juga hingga tanggal 3 Agustus. Sekutu mengumumkan Deklarasi Postdam pada tanggal 26 Juli, menjanjikan tidak akan mengahncurkan atau memperbudak Jepang bila mereka menyerah. Namun, bila tidak Jepang akan menjumpai kehancuran total.
Sebuah komite yang terdiri dari pejabat militer, pejabat politik, serta ilmuwan Amerika Serikat mempertimbangkan sasaran senjata baru tersebut. Truman telah menuliskan bahwa hanya instalasi militer yang boleh diserang. Menteri Perang Henry L. Stimson, misalnya sukses berargumentasi bahwa Kyoto, ibukota kuno Jepang dan tempat penyimpanan sejumlah besar kekayaan Negara dan agama, tidak dijadikan sasaran. Hiroshima, pusat industry perang dan operasi militer, akhirnya terpilih.
2.4 Amerika Serikat sebagai penentu berakhirnya Perang Dunia II
Tanggal 6 Agustus, pesawat Amerika Serikat, Enola Gay menjatuhkan bom atom ke kota Hiroshima. Tanggal 8 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan kali ini di Nagasaki. Bangsa Amerika lega karena bom tersebut mempercepat proses berakhirnya perang. Kesadaran akan daya hancurnya yang luar biasa baru muncul kemudian. Tanggal 14 Agustus, Jepang menyetujui syarat – syarat yang ditetapkan Postdam. Tanggal 2 September 1945, Jepang secara resmi menyerah. Pada bulan November 1945 di Nurenberg, Jerman, pengadilan pidana para pemimpin Nazi yang diusulkan di Postdam berlangsung. Di hadapan para juri terkemuka dari Inggris, Perancis. Uni Soviet dan Amerika Serikat para pemimpin Nazi ini tak hanya didakwa merencanakan dan mengobarkan peran, tetapi juga melanggar hukum perang dan kemanusiaan dengan genosida yang sistematis, yang dikenal dengan Holocaust, terhadap Yahudi Eropa dan kelompok – kelompok lainnya. Pengadilan berlangsung lebih dari 10 bulan dan menghasilkan vonis bersalah terhadap seluruh terdakwa, kecuali tiga orang.
Salah satu keputusan paling jauh jangkauannya mengenai bentuk dunia pascaperang terjadi pada tanggal 25 April 1945, menjelang berakhirnya perang di Eropa, walau konflik masih berkecamuk di Pasifik. Perwakilan dari 50 negara bertemu di San Francisco, California untuk mendirikan kerangka kerja PBB. Konstitusi yang mereka rancang menggambarkan garis besar organisasi dunia di mana perbedaan – perbedaan internasional dapat dibicarakan secara damai, serta adanya tekad bersama memerangi kelaparan dan penyakit. Sangat berbeda dengan penolakannya terhadap keanggotaan Amerika Serikat di Liga Bangsa – Bangsa setelah Perang Dunia I, Senat Amerika Serikat langsung meratifikasi Piagam PBB dengan suara 89 berbanding 2. Langkah ini memastikan akhir semangat menutup diri sebagai elemen dominan kebijakan luar negeri Amerika dan memberi isyarat kepada dunia bahwa Amerika Serikat beniat mengambil peran penting dalam urusan internasional.




BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat PDII) adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros. Kemudian muncullah blok – blok yaitu: blok poros dan blok sekutu kemudian ikuti dengan munculnya Tragedi Pearl Harbor,Pada 26 November 1941 angkatan yang terdiri atas enam kapal induk diperintah oleh Wakil Laksamana Chuichi Nagumo Jepang meninggalkan Teluk Hitokappu diKepulauan Kuril dan menuju ke Pearl Harbor.
Keterlibatan amerika serikat dalam perang dunia II, masyarakat pada saat itu Amerika sedang cemas mengamati jalannya perang di Eropa, ketegangan semakin meningkat di Asia. Setelah mengambil kesempatan untuk memperbaiki posisi strategi nya, Jepang dengan percaya dirinya menyatakan bahawa mereka akan berkuasa di seluruh daratan Pasifik. Negara dengan cepat melakukan mobilisasi rakyat dan seluruh kapasitas industrinya. Pada tanggal 6 Januari 1942, Presiden Roosevelt mengumumkan target produksi yang mengejutkan. Tahun itu ditargetkan harus selesai 60.000 pesawat, 45.000 tank, 20.000 meriam antipesawat, dan 18 juta ton pengiriman niaga.seluruh kegiatan nasional yang meliputi pertanian, manufaktur, pertambangan, perdagangan, tenaga kerja, investasi, komunikasi, bahkan pendidikan dan kegiatan budaya berlangsung di bawah pengawasan baru yang menyeluruh.
Tanggal 6 Agustus, pesawat Amerika Serikat, Enola Gay menjatuhkan bom atom ke kota Hiroshima. Tanggal 8 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan kali ini di Nagasaki. Bangsa Amerika lega karena bom tersebut mempercepat proses berakhirnya perang. Kesadaran akan daya hancurnya yang luar biasa baru muncul kemudian. Tanggal 14 Agustus, Jepang menyetujui syarat – syarat yang ditetapkan Postdam. Tanggal 2 September 1945, Jepang secara resmi menyerah.s




DAFTAR PUSTAKA
1)      Chodjim,Achmad. Makrifat dan Makna Kehidupan. PT. Serambi Ilmu Semesta Jakarta.2007
2)      Chodjim,Achmad. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. PT. Serambi Ilmu Semesta Jakarta. 2003
3)      Sejarah Amerika Serikat. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Amerika_Serikat#Perang_Dunia_I
4)      Pengeboman Pearl Harbor. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_terhadap_Pearl_Harbor
5)      Cerita Leluhur turun-temurun