BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Weton atau hari lahir dalam budaya Jawa adalah suatu hal yang
sangat penting. Dalam ilmu perhitungan Jawa, sifat sifat dan perjalanan kehidupan
seseorang bisa dibaca dari weton atau hari lahirnya. Dalam
falsafah Jawa, ilmu atau catatan tentang hal ini disebut juga sebagai “Ilmu
Titen” atau bahasa kerennya “Ilmu Observasi” atau ilmu yang didapat dan disusun
leluhur orang Jawa dulu dari hasil pengamatan kemudian dicatat, dan jadilah
semacam petunjuk hidup bagi orang-orang Jawa sekarang.
Setiap weton atau hari lahir mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Misalkan, seorang yang lahir pada hari Rabu berweton Wage,
biasanya akan berwatak bisa dipercaya dan gampang bergaul, namun mempunyai
sifat peragu dalam menentukan suatu hal di kehidupannya.
Puasa Weton adalah puasa yang dilakukan pada hari kelahiran
berdasarkan perhitungan kalender Jawa yang berputar selama 35 hari. Artinya
diperingati setiap 35 hari sekali. Berbeda dengan acara ulang tahun yang
diperingati setahun sekali.
Berangkat dari sinilah penulis mencoba
memaparkan tentang seluk beluk mengenai Weton dan bentuk penghormatan
Masyarakat Jawa tentang Ritual Wetonan tersebut..
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Puasa Weton
Dalam bahasa Jawa “Weton” berasal dari kata dasar “Wetu” yang bermakna “keluar” atau lahir. Kemudian
mendapat akhiran –an yang membentuknya
menjadi kata benda. Yang disebut dengan weton adalah gabungan antara hari dan pasaran saat bayi
dilahirkan kedunia. Misalnya Senin Pon, Rabu Wage, Jumat Legi atau lainnya. Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon adalah nama-nama
pasaran. Berikut Jumlah Hari
dan pasaran sesuai hitungan jawa:
Jadi pengertian Puasa
Weton adalah puasa yang dilakukan pada hari kelahiran berdasarkan perhitungan
kalender Jawa yang berputar selama 35 hari. Artinya diperingati setiap 35 hari
sekali. Berbeda dengan acara ulang tahun yang diperingati setahun sekali.
Amalan Puasa Weton
merupakan ajaran mulia dari para leluhur, guna menghayati dan menghargai
kelahirannya diri kita ke alam dunia ini. Falsafah sederhana puasa weton ini
adalah hari lahir merupakan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Jadi pada hari
tersebut, kembali kita mengingat kasih Tuhan yang begitu besar dalam hidup
kita. Dengan harapan, agar kita ingat bahwa lahirnya manusia dimuka bumi ini
membawa kodrat.
2.2
Puasa Weton Ditinjau Dari Segi Agama
Amalan puasa Weton
memang tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah. Sebab ini adalah salah satu
cara para leluhur Jawa berpuasa. Tidak ada hubungan dengan aliran agama
tertentu. Jadi boleh diamalkan oleh semua orang, apapun agama dan keyakinannya.
Walaupun demikian sesungguhnya amalan ini tersirat dari perilaku puasa
Rasulullah Muhammad SAW. Bisa disimak hadist tentang puasa Sunah Senin-Kamis.
Seperti hadist berikut ini.
Nabi ditanya tentang
puasa hari Senin lalu beliau menjawab, “Itu adalah hari dimana aku
dilahirkan, dan hari dimana aku diutuskan sebagai Nabi, atau dimana
diturunkannya wahyu pertama padaku”. (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i, sanadnya
shahih).
Dari Hadist tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Islam boleh hukumnya mengkhususkan ibadah
pada hari tertentu yang dianggap memiliki arti istimewa (baik). Juga
diperbolehkan memperingati hari lahir dengan berpuasa. Atau beribadah sunnat
lainnya karena ittiba’ (mengikuti) kepada Nabi SAW saat hari
kelahirannya. Dan ini tidak termasuk kategory bid’ah yang dilarang seperti yang sering dituduhkan
segelintir golongan umat Islam.
2.3 Ritual
Puasa Weton
Dalam kaitannya dengan
weton, orang Jawa memiliki tradisi yang disebut “selapanan”, yaitu
memperingati weton kelahiran, yang berputar selama 35 hari itu dengan melakukan
lelaku prihatin. Misalnya dengan lelaku berpuasa “ngapit”, mutih, melek (tidak
tidur) dan menyediakan sesaji sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME.
Yang dimaksud dengan
Puasa Ngapit adalah berpuasa 3 hari, yaitu pada hari weton, ditambah 1 hari
sebelum dan sehari sesudahnya. Ada pula yang cukup dengan ritual Mutih, yaitu
selama beberapa hari hanya makan nasi putih dan air putih tawar saja tanpa
puasa, jadi boleh makan-minum kapan saja. Ada juga lelaku puasa 3 hari sebelum
hari weton, 5 hari sebelum weton dan berbagai jenis cara puasa lainnya.
Adapula ritual melek
(tidak tidur) selama 24 jam yang dimulai dari saat Matahari terbenam saat masuk
hari wetonnya. Dan diakhiri ketika matahari terbenam dihari wetonnya. Sambil
menghidangkan sesaji berupa variasi 4 warna bubur dan sesaji lainnya yang
memiliki arti simbolik yang luhur.
Dan masih ada berbagai
macam jenis tatacara ritual lainnya yang berkembang di masyarakat dalam rangka
memperingati Weton Kelahiran ini. Walaupun tatacara berbeda-beda tetapi intinya
sama yaitu sebagai bentuk lelaku prihatin (riyadhoh). Acara ini sangat jauh
berbeda dengan acara ulang tahun jaman sekarang, yang cenderung bernuansa
hura-hura bahkan suka cita yang berlebihan dan mengumbar perbuatan asusila.
2.4 Puasa Apit Weton
Adapun tatacara puasa apit weton cukup
sederhana saja. Puasa
seperti biasa, akan tetapi jamnya lebih fleksibel yang penting dilakukan antara
12 s/d 24 jam. Boleh
makan sahur atau tidak makan sahur terlebih dahulu. Puasa apit weton tentu saja
dilakukan pada satu hari sebelum weton dan satu hari sesudah weton. Misalnya
weton Andi
Sabtu Pahing,
maka puasa apit weton dilakukan pada hari Jumat Legi dan Minggu Pon. Selama
melakukan puasa apit weton harus melakukan sesirih pula.
Sesirih maksudnya menjaga kesucian lahir dan batin, diawali dengan mandi
sekujur tubuh (dapat pula dilakukan dengan mandi kembang setaman pada jam
00.00) di malam menjelang pelaksanaan puasa apit weton). Sesirih berarti
pula tidak boleh melakukan hubungan seks selama melakukan ritual tersebut.
Adapun
niat puasa apit weton adalah sebagai berikut :
“Niat ingsun poso weton, sing poso
lair lan batinku. Kakang-kawah adi ari-ari, sedulurku papat keblat, lan kelimo
pancer, manjingo anunggil ing jero badan sariraku, curigo manjing warangka,
warangka manjing curigo, sun jumeneng roroning atunggil, dumung manunggal
kalayan Gusti. Saka kersaning Gusti.
Sebelum niat tersebut diucapkan,
lakukan patrap semedi atau meditasi dalam waktu sejenak hingga
mencapai kedamaian, ketentraman hati dan keheningan rasa. Selanjutnya ucapkan niat
tersebut di dalam batin. Biasanya pada saat mengucap niat tersebut tubuh akan
terasa seperti ada getaran energi yang mengalir dari ubun-ubun menjalar ke
bawah hingga ujung kaki. Kadang getaran muncul di seputar tulang ekor, kemudian
menjalar ke atas hingga ubun-ubun dan terasa sampai ujung kaki dan kedua
telapak tangan.
2.5 Selamatan / Bancakan Weton
Selamatan weton dilakukan tepat pada hari
weton. Dalam
tradisi Jawa, setiap orang seyogyanya dibuatkan bancakan weton minimal sekali
selama seumur hidup. Namun akan lebih baik dilakukan paling tidak setahun
sekali. Apabila seseorang sudah merasakan sering mengalami kesialan (sebel-sial),
ketidakberuntungan, selalu mengalami kejadian buruk, lepas kendali, biasanya
dapat berubah menjadi lebih baik setelah dilakukan bancakan weton. Bagi
seseorang yang sudah sedemikian parah tabiat dan kelakuannya, dapat dibancaki
weton selama 7 kali berturut-turut, artinya setiap 35 hari dilakukan bancakan
weton untuk yang bersangkutan, berarti bancakan weton dilakukan lebih kurang selama 8
bulan berturut-turut.
2.6 Tata Cara
Selamatan Wetonan Untuk Bayi
Setiap anak baru lahir, orang tuanya
membuat bancakan weton pertama kali biasanya pada saat usia bayi menginjak hari
ke 35 (selapan hari). Bancakan weton dapat dilaksanakan tepat pada
acara upacara selapanan atau selamatan ulang weton yang
pertama kali. Anak yang sering dibuatkan bancakan weton secara rutin oleh orangtuanya,
biasanya hidupnya:
1) lebih terkendali,
2) lebih berkualitas atau bermutu,
3) lebih hati-hati,
4) tidak liar dan ceroboh, dan
5) jarang sekali mengalami sial.
Bahkan seorang anak yang
sakit-sakitan, sering jatuh hingga berdarah-darah, nakal bukan kepalang,
setelah dibuatkan bancakan weton si anak tidak lagi sakit-sakitan, dan tidak nakal lagi.
Dalam beberapa kasus seorang anak sakit panas, sudah di bawa periksa dokter
tetap belum ada tanda-tanda sembuh, lalu setelah dibuatkan bancakan weton hanya selang 2 jam
sakit demannya langsung sembuh.
Dalam
tradisi Jawa dikenal acara SELAPANAN atau selamatan bayi pada usia yang ke 35 (selapan)
hari. Pada hari ke 35 bayi ulang weton yang pertama. Adapun selamatan menggunakan ubo
rampe atau syarat-syarat perlengkapannya yang terdiri sebagai berikut:
1)
Tumpeng weton;
2)
Sayur 7 macam bebas memilih apa saja
namun harus ada kangkung dan kacang panjangnya. Semua sayur direbus, dan boleh
dipotong-potong, kecuali ; kangkung
dan kacang panjang;
3)
Telor ayam direbus sebanyak 7 atau
11 atau 17 butir. Dikupas kulitnya, lalu disajikan utuh atau dibelah dua;
4)
Cabai, bawang merah;
5)
Bumbu gudangan/urap TIDAK PEDAS,
bahannya ; kelapa setengah muda (kemelas) diparut disertai bumbu-bumbu ;
sereh, daun jeruk purut, tumbar, salam, laos, gula jawa, garam, bawang merah
(agak banyak), bawang putih (sedikit);
6)
saringan santan dari bambu;
7)
Buah-buahan sebanyak 7 macam ; harus
dengan pisang raja;
8)
Kembang setaman;
9)
Bubur 7 rupa ; bahan dasar bubur
putih atau gurih (santan dan garam) dan bubur merah atau bubur manis (ditambah
gula jawa dan garam secukupnya);
10) Kembang
setaman (mawar putih dan merah, kanthil, melati, kenanga).
Selamatan
weton bayi (selapanan/35 hari) ini berbeda dengan selamatan weton untuk yang
sudah dewasa yakni; bumbu gudangan tidak pedas, tidak menggunakan jajan pasar,
dan kacang tanah serta ketela.
Tumpeng
weton dan seluruh uborampenya hendaknya diletakkan
di kamar/ di atas tempat tidur yg dibancaki weton. Setelah itu
di haturkan/didoakan, barulah boleh dimakan bersama-sama.
Setelah seluruh uborampe bancakan weton
selesai dibuat. Selanjutnya diucapkan mantra dan doa, usahakan yang mengucap
mantra atau doa dilakukan oleh orang yang dianggap sebagai pepunden yang masih
hidup. Misalnya orang tua, bude, bulik, atau orang yang dituakan/hormati. Adapun doa dan
rapalnya secara singkat dan sederhana sebagai
berikut:
Nini among Kaki among, ngaturaken pisungsung kagem para leluhur ingkang
sami nurunaken jabang bayine…. (diisi nama anak/orang yang diwetoni) mugi
tansah kersa njangkung lan njampangi lampahipun, dados lare/tiyang ingkang
tansah hambeg utama, wilujeng rahayu, mulya, sentosa lan raharja.
Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko. Kabeh saka kersaning
Gusti.
Arti dan maknanya kurang-lebih sebagai berikut: Para pengasuh
lahir dan batinku (kakang kawah adi ari-ari, sedulur papat keblat dan kelima
pancer), dan seluruh leluhur pendahulu si jabang bayi …
(sebutkan nama anak atau orang yang dibancaki weton), ijinkan saya menghaturkan
segala uborampe bancakan weton sebagai wujud rasa menghargai, rasa hormat, dan
terimakasih. Semoga selalu bersedia untuk membimbing dan mengarahkan dalam
setiap langkah. Agar menjadi orang yang berifat mulia, luhur budi pekerti,
bermanfaat untuk seluruh makhluk. Selalu mendapat keselamatan dan
kesentosaan, dan selalu mendapakan keberuntungan kapan dan di manapun berada.
Setelah bancakan, tinggalkan sebentar sekitar 10-20 menit
lalu dihidangkan di ruang makan atau diedarkan ke para tetangga untuk dimakan
bersama-sama. Usahakan agar semakin banyak yang ikut menikmati hidangan
bancakan weton supaya rejeki yang dibancaki sumrambah (bermanfaat
dan berkah) untuk banyak orang. Hendaknya
dimakan sebanyak minimal 7 orang, jika mungkin semakin banyak akan lebih baik
lagi misalnya 11 orang atau 17 orang. Jumlah 7 artinya pitu, yakni
agar mendapatkan pitulungan atau pertolongan dari Tuhan YME. Jumlah 11 artinya sewelas, yakni
agar mendapatkan kawelasan atau
belas kasih Tuhan YME. Jumlah 17 artinya pitulas, yakni agar mendapatkan pitulungan dan kawelasan dari Tuhan YME.
Selamatan weton bayi (selapanan/35 hari) ini berbeda dengan
selamatan weton untuk yang sudah dewasa .Perbedaannya
sedikit,yakni:
1)
Bumbu gudangan pedas;
2)
Ditambah jajan pasar;
3)
Ditambah kacang tanah dan ubi yang
direbus.
2.7 Manfaat
Selamatan / Bancakan
Manfaat dan tujuan bancakan
weton diibaratkan untuk “ngopahi sing momong”, karena
masyarakat Jawa percaya dan memahami jika setiap orang ada yang momong (pamomong)
atau “pengasuh dan pembimbing” secara metafisik. Pamomong bertugas
selalu membimbing dan mengarahkan agar seseorang tidak salah langkah, supaya lakune selalu pener, dan pas.
Pamomong sebisanya selalu menjaga agar
kita bisa terhindar dari perilaku yang keliru, tidak tepat, ceroboh,
merugikan. Antara pamomong dengan yang diemong seringkali
terjadi kekuatan tarik-menarik.
Pamomong menggerakkan ke arah kareping
rahsa, atau mengajak kepada hal-hal baik dan positif, sementara
yang diemong cenderung
menuruti rahsaning karep, ingin melakukan hal-hal semaunya sendiri,
menuruti keinginan negatif, dengan mengabaikan kaidah-kaidah hidup dan melawan
tatanan yang akan mencelakai diri pribadi, bahkan merusak ketenangan dan
ketentraman masyarakat. Antara pamomong dengan yang diemong terjadi tarik menarik, Dalam
rangka tarik-menarik ini, pamomong tidak selalu memenangkan
“pertarungan” alias kalah dengan yang diemong. Dalam situasi
demikian yang diemong lebih condong untuk selalu
mengikuti rahsaning karep (nafsu). Bahkan tak jarang apabila
seseorang kelakuannya sudah tak terkendali atau
disorder, sing momong biasanya
sudah enggan untuk memberikan bimbingan dan asuhan. Termasuk juga bila
yang diemong mengidap penyakit jiwa. Seseorang yang sudah mengalami
disorder misalnya kelakuannya liar dan bejat, sering mencelakai orang lain, ternyata pamomong akhirnya
meninggalkan yang diemong karena sudah enggan memberikan bimbingan dan
asuhan kepada seseorang tersebut. Pamomong sudah tidak
lagi mampu mengarahkan dan membimbingnya. Apapun yang dilakukan untuk
mengarahkan kepada segala kebaikan, sudah sia-sia saja.
Kebanyakan kasus pada seseorang yang
mengalami disorder biasanya sang pamomong-nya
diabaikan, tidak dihargai sebagaimana mestinya padahal pamomong selalu
mencurahkan perhatian kepada yang diemong, selalu mengajak kepada
yang baik, tepat, pener dan pas. Sehingga hampir tidak pernah
terjadi interaksi antara diri kita dengan yang momong. Dalam
tradisi Jawa, interaksi sebagai bentuk penghargaan kepada pamomong,
apalagi diopahi dengan cara membuat bancakan weton.
Eksistensi pamomong oleh sebagian orang dianggapnya sepele
bahkan sekedar mempercayai keberadaannya saja dianggap sirik. Tetapi bagi
orang yang mengakui eksistensi dan memperlakukan secara bijak akan benar-benar
menyaksikan daya efektifitasnya. Kemampuan diri juga akan lebih optimal jika
dibanding dengan orang yang tidak pernah melaksanakan bancakan weton.
Hal itu tidak lain karena daya metafisis seseorang akan lebih maksimal bekerja.
Katakanlah, antara batin dan lahir akan lebih seimbang, harmonis dan sinergis,
serta keduanya baik fisik dan metafisik akan menjalankan fungsinya secara
optimal untuk saling melengkapi dan menutup kelemahan yang ada. Bancakan weton
juga tersirat makna, penyelarasan antara lahir dengan batin, antara jasad dan
sukma, antara alam sadar dan bawah sadar.
2.8 Sang Pamomong
Pamomong, atau sing momong,
adalah esensi energy yang selalu mengajak, mengarahkan, membimbing dan mengasuh
diri kepada sesuatu yang tepat, pas dan pener dalam menjalani kehidupan di
dunia ini. Esensi energy dapat dirasakan bagaikan medan
listrik, yang mudah dirasakan tetapi sulit dilihat dengan mata wadag.
Jika eksistensi listrik dipercaya
ada, karena bisa dirasakan dan dibuktikan secara ilmiah. Sementara itu
eksistensi pamomong sejauh ini memang bisa dirasakan, dan bagi
masyarakat yang masih awam pembuktiannya masih terbatas pada prinsip-prinsip
silogisme setelah menyaksikan dan mersakan realitas empiris. Pamomong diakui
eksistensinya setelah melalui proses konklusi dari pengalaman unik (unique
experience) yang berulang terjadi pada diri sendiri dan yang dialami
banyakan orang. Lain halnya bagi sebagian masyarakat yang pencapaian
spiritualitasnya sudah memadai dapat pembuktiannya tidak hanya sekedar
merasakan saja, namun dapat menyaksikan atau melihat dengan jelas siapa
sejatinya sang pamomong masing-masing diri kita.
2.9 Manfaat Puasa dan Selamatan Weton
Dari penghayatan dan
pengamalan ritual weton yang luhur ini tentu akan membawa dampak baik bagi para
pengamalnya. Antara lain :
Ø
Sebagai tanda syukur
kepada Tuhan YME dan rasa terimakasih kepada kedua orang tua. Meningkatkan iman
kepada Tuhan, dan berbakti kepada orang tua;
Ø
Sebagai salah satu momen
untuk berintropeksi diri, ingat kembali kepada kodrat dan tugas sebagai manusia
di muka bumi;
Ø
Kembali mengenal setiap
unsur yang menyertai diri manusia hidup dimuka bumi ini, yaitu para Sedulur
Sejati. Ada pula yang mengartikan Sedulur Papat Kalimo Pancer;
Ø
InsyaAllah, dari
pengalaman telah terbukti dapat membawa dampak baik bagi kerejekian para
pengamalnya. Akan membuka pintu rejeki yang luas dari segala penjuru mata angin;
Ø
Diberikan keselamatan
dari segala macam bahaya yang nyata maupun magis (sihir).
Ø
Dan berbagai manfaat
positif lainnya sesuai dengan penghayatan yang bisa dicapai oleh para
pengamalnya;
Ø
Semua bisa terjadi bila
semata-mata ada rahmat dari Tuhan Yang Maha Welas Asih.
Galeri
Foto
Tumpeng Bancakan
Weton
Dari bawah : Cobek, Kalo, Cobek, sampah, uang logam
Daun Pisang,Tumpeng
Pisang Raja Bunga setaman
& Ragam minuman
Bubur
7 Rupa Tumpeng, Sayuran
& Telur
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Puasa Weton adalah puasa
yang dilakukan pada hari kelahiran berdasarkan perhitungan kalender Jawa yang
berputar selama 35 hari. Artinya diperingati setiap 35 hari sekali. Berbeda
dengan acara ulang tahun yang diperingati setahun sekali.
Amalan Puasa Weton
merupakan ajaran mulia dari para leluhur, guna menghayati dan menghargai
kelahirannya diri kita ke alam dunia ini. Falsafah sederhana puasa weton ini
adalah hari lahir merupakan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Jadi pada hari
tersebut, kembali kita mengingat kasih Tuhan yang begitu besar dalam hidup
kita. Dengan harapan, agar kita ingat bahwa lahirnya manusia dimuka bumi ini
membawa kodrat.
Orang Jawa memiliki
tradisi yang disebut “selapanan”, yaitu memperingati weton kelahiran,
yang berputar selama 35 hari itu dengan melakukan lelaku prihatin. Misalnya
dengan lelaku berpuasa “ngapit”, mutih, melek (tidak tidur) dan menyediakan
sesaji sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME.
Selamatan weton dilakukan tepat pada hari
weton. Dalam
tradisi Jawa, setiap orang seyogyanya dibuatkan bancakan weton minimal sekali
selama seumur hidup. Namun akan lebih baik dilakukan paling tidak setahun
sekali. Apabila seseorang sudah merasakan sering mengalami kesialan (sebel-sial),
ketidakberuntungan, selalu mengalami kejadian buruk, lepas kendali, biasanya
dapat berubah menjadi lebih baik setelah dilakukan bancakan weton. Bagi
seseorang yang sudah sedemikian parah tabiat dan kelakuannya, dapat dibancaki
weton selama 7 kali berturut-turut, artinya setiap 35 hari dilakukan bancakan
weton untuk yang bersangkutan, berarti bancakan weton dilakukan lebih kurang selama 8
bulan berturut-turut.
Manfaat dan tujuan bancakan
weton diibaratkan untuk “ngopahi sing momong”, karena
masyarakat Jawa percaya dan memahami jika setiap orang ada yang momong (pamomong)
atau “pengasuh dan pembimbing” secara metafisik. Pamomong bertugas
selalu membimbing dan mengarahkan agar seseorang tidak salah langkah,
supaya lakune selalu pener, dan pas.
DAFTAR
PUSTAKA
1)
Chodjim,Achmad. Makrifat dan Makna
Kehidupan. PT. Serambi Ilmu Semesta Jakarta.2007
2)
Chodjim,Achmad. Mistik dan Makrifat
Sunan Kalijaga. PT. Serambi Ilmu Semesta Jakarta. 2003
3)
Maksum, Ali, M.A.Drs. Tassawuf
Sebagai Pembebasan Manusia Modern.Pusat Studi Agama, Politik, dan Masyarakat
Surabaya. 2002
4)
Cerita Leluhur turun-temurun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar